CERPEN KARYA BELLA AMANDA (XII MIPA 4)

 PANDEMI

Siang ini, sehari sebelum hari kemerdekaan Indonesia, Fadil merebahkan tubuhnya di kasur lalu menatap langit langit kamarnya. Tiba tiba dia mengingat kenangan saat hari kemerdekaan. Di saat itu dia merupakan anggota pasukan pengibar bendera di gedung olah raga Kota Pasuruan. Dia mengingat masa masa saat lelah ketika berlatih di bawah teriknya matahari, bahkan kulitnya menjadi gelap. Namun letih itu tidak dirasakannya karena dia bisa bersenda gurau dengan kawan kawannya yang lain. 

Fadil juga mengingat bagaimana keseruan di kampung tempatnya tinggal. Ada berbagai lomba seperti tarik tambang, lomba makan kerupuk, lomba panjat pinang, dan masih banyak lagi. Tak peduli lelaki maupun perempuan, yang tua maupun yang muda, bahkan anak anak pun ikut meramaikan perlombaan tersebut. Menang kalah dalam perlombaan itu sudah biasa, namun hal itu tida menyurutkan semangat mereka untuk mengikuti perlombaan yang lain. Di sekolahnya, SMA Negeri 2 Pasuruan juga diadakan berbagai macam acara. Dimulai dari jalan santai di pagi hari, lalu dilanjutkan perlombaan perlombaan yang mengasyikkan.

Masa peringatan kemerdekaan memang selalu berkesan karena cerita cerita dibaliknya. Namun saat ini, ketika pandemi sudah nyaris dua tahun melanda Negeri Indonesia tercinta, dua tahun ini pula, hari kemerdekaan ini terasa seperti hari hari biasanya. Tidak ada yang spesial, hanya berdiam diri di rumah untuk mencegah penyebaran virus.  

Fadil merasa sangat sedih karena tidak ada kenangan di tahun terakhirnya di SMA. sekolah online nyaris 2 tahun, tiap paginya bukan disambut sapaan selamat pagi dari sang kekasih namun disapa oleh guru guru yang siap memberikan tugas. Karena merasa bosan dia pun tidak mengerjakan tugasnya hari ini dan memilih menelfon teman sekelasnya

"halo assalamu alaikum Dio"

"waalaikum salam Dil, ada apaan nih tumben nelfon? kalau mau nanyain tugas fisika dari bu Ita mending tunggu aja nanti habis ashar soalnya aku masih ngerjain" jawab Dio dengan panjang lebar.

"apaan sih, enggak aku ga nanya tugas. males banget lihat tugas tugas tugas aja terus tiap hari, bodo amat lah aku males ngerjain tugas fisika ini. mumet banget lihat angka"

"orang mah makan telor dikecapin, lah ini angka di rumusin. Sepet banget mataku lihat angka." lanjut Fadil

"heh mulutnyaaminta di tabok ya itu mulut. Tugas itu dikerjain bukan di tumpuk tumpuk terus. Anda pikir tugas ditumpuk terus anda bisa jadi kaya? enggak, yang ada malah kelabakan waktu di tagih tugasnya sama guru"

 

"besok itu kan memperingati hari kemerdekaan Indonesia, harusnya kamu bisa menghormati para pejuang negeri ini yang sudah bersusah payah mengusir penjajah dari negeri ini. bahkan mereka bertaruh nyawanya hanya demi membebaskan negeri ini dari belenggu penjajahan. negeri kita dulu mudah dijajah karena kurangnya pendidikan untuk rakyat sehingga rakyat Indonesia mudah untuk dibodohi oleh penjajah, kekayaan alam kita direnggut paksa, politik kita juga di adu domba. itu semua karena minimnya pendidikan, ditambah lagi saat masa penjajahan, sangat sulit untuk mendapat pendidikan. tapi sekarang saat pendidikan sangat mudah kamu dapatkan, kenapa malah kamu sia siakan" lanjut Dio dengan panjang lebar.

"iya iya yang mulia Dio yang agung, titah anda akan segera hamba laksanakan. kalau gitu sekian dan terimakasih atas pencerahan anda, hamba akan segera mengerjakan tugas hamba. Assalamualaikum"

"hmmm ya waalaikum salam"

Setelah telfon berakhir, Fadil jadi berpikir. Dia bisa bersekolah dengan gratis, buku juga dia dibiayai oleh orang tuanya, namun dia malah menyia nyiakannya. dia membayangkan bagaimana kalau negeri ini semakin dijajah oleh kebodohan, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan dijajah kembali oleh negara lain. Dia juga memikirkan kalau dirinya sangat tidak bersyukur, disaat orang lain ingin bersekolah namun terhalang biaya, dia malah menyia nyiakan kesempatan itu. lagipula belajar dengan giat itu juga salah satu cara mengisi kemerdekaan di tengah pandemi. Akhirnya Fadil pun semangat mengerjakan tugasnya.

setelah tugasnya dikumpulkan, dia merasa lapar. Dia berjalan ke dapurnya dan melihat bahwa meja makan kosong, laci dapur pun juga kosong. Ternyata ibunya tidak memasak hari ini, jadi Fadil memutuskan untuk membeli mie instan di warung depan gang. Fadil memakai maskernya karena meskipun dekat, virus bertebaran di mana mana, tak lupa dia membawa dompetnya untuk membayar belanjaanya. saat baru keluar dari pagar rumahnya, dia melihat bapak bapak paruh baya penjual cilok yang duduk bersimpuh di dekat pagar rumahnya sambil menangis. Karena tak tega mendengar tangisan pilu bapak itu akhirnya Fadil menghampirinya.

"assalamualaikum pak, bapak kenapa nangis pak" tanya Fadil lembut sambil berjongkok menghampiri bapak itu

"waalaikumsalam nak. bapak sedih sekali dagangan semakin hari semakin sepi sedangkan istri saya kritis di rumah sakit karena terpapar covid. gimana bapak bayarnya naak, istri bapak butuh donor plasma sedangkan sekarang susah sekali carinya. oksigen juga semakin langka. gimana bayar biaya pengobatan istri saya ini kalau dagangan saya sepi, mau pinjam ke tetangga juga tidak enak soalnya hutang saya sudah terlalu banyak ke mereka. anak saya ini baru aja meninggal kena covid, saya gak mau istri saya juga nyusul anak saya." jawab si bapak dengan menangis tersedu sedu. Cerita bapak itu membuat Fadil merasa sangat sedih hingga ikut menitikkan air mata. Fadil pun inisiatif untuk memberikan beberapa uangnya untuk setidaknya meringankan beban bapak itu.

 

"pak ini saya ada rezeki lebih, semoga saja bisa sedikit membantu bapak"

"ya allah nak enggak usah nak, bapak gak bisa balikin uang kamu"

"demi allah saya ikhlas beri ini buat bapak, biar bisa bantu bayar biaya rumah sakit bapak"

"makasih nak, makasih, semoga allah membalas kebaikan kamu berkali kali lipat, semoga hidup kamu penuh kebahagiaan nak. sekali lagi terimakasih" ucap si bapak sambil membungkuk berkali kali untuk mengucapkan terimakasihnya. Seolah ada lampu yang muncul di atas kepala Fadil, fadil tiba tiba mendapatkan ide untuk iuran bersama teman teman kelasnya untuk membantu si bapak. Dia juga ingin mengadakan donor darah dengan teman teman sekelasnya.

"pak kalau boleh tau golongan darah istri bapak itu apa, barang kali saya bisa bantu"

"golongan darah istri saya itu O, susah banget carinya nak"

"pak, siapa nama bapak?"

"nama bapak pak hamid nak, ada apa ya"

"gini pak hamid, bapak tiap hari keliling lewat sini kan?"

"iya nak bapak tiap sore lewat sini"

"oke kalau gitu saya masuk dulu ya pak. assalamualaikum"

"waalaikumsalam". Fadil pun akhirnya masuk ke rumahnya dan langsung masuk ke kamarnya. dia menghubungi teman teman sekelasnya dan menyampaikan idenya di grup kelas untuk mengisi kemerdekaan di tengah pandemi ini dengan iuran untuk disumbangkan ke pak Hamid. 

*di chat grup kelas"

"rek, tadi aku ketemu bapak bapak, namanya pak hamid. nah anaknya baru aja meninggal gara gara covid. nah istrinya sekarang ini lagi kritis dan butuh donor plasma. di sini siapa yang golongan darahnya O terus habis terpapar covid. atau barangkali ada kenalannya gitu. Pak hamid ini juga butuh dana buat biaya perawatan istrinya. bagi yang berkecukupan atau bahkan berlebih, jika berkenan silahkan berdonasi, nah kawan kawan yang lain jika mau juga bisa berdonasi seikhlasnya nanti akan aku kasih ke pak Hamid."

"eh dil, kakak aku golongan darahnya O dan dia 2 bulan yang lalu kena covid, dia bisa donor ke istrinya bapak itu" kata Syafa, salah satu teman sekelas Fadil.

 

"ide bagus, ini salah satu upaya merayakan kemerdekaan saat pandemi ini dengan berdonasi. kita juga setuju ide Fadil. kita bisa membantu yang membutuhkan. soalnya bantuan dari pemerintah gak cukup untuk bapak itu. kalau gitu uangnya kita kasih ke kamu ya dil, terus nanti ada salah satu anak yang nemenin Fadil biar ada bukti kalau Fadil amanah dan kasih semua uangnya untuk si bapak" jawab Dio

"oke kalau gitu aku tunggu ya"

dua hari kemudian, pak Hamid lewat di depan rumah Fadil. Fadil dan Syafa juga kakak Syafa pun memanggil Pak Hamid.

"pak pak stop"

"iya ada apa nak"

"begini pak, saya sama teman teman saya sekelas berniat membantu bapak. ini ada beberapa untuk meringankan biaya rumah sakit istri bapak. Dan juga ini ada seseorang yang berniat donor plasma darah untuk kesembuhan istri bapak, jadi bisa kita langsung ke rumah sakit sekarang. lebih cepat lebih baik pak" jelas Fadil. Pak Hamid sangat terharu hingga menangis, beliau tidak tau bagaimana caranya mengucap terimakasih atas segala bantuan ini.

"ya allah nah, makasih sekali, kemarin kemu sudah membantu bapak, sekarang kamu bantu bapak lagi, gimana cara bapak bales kebaikan kalian"

"cukup doakan saja kami sehat selalu agar bisa membantu orang lain pak"

"baik nak, baik, ayo kita ke rumah sakit"

"ayo pak, sepeda bapak diletakkan di rumah saya aja dulu, bapak bareng kami ke rumah sakit"

"baik nak"

mereka pun menuju ke rumah sakit tempat istri Pak Hamid di rawat. beberapa saat berlalu, proses donor pun telah selesai. kini istri pak hamid sudah membaik dan tinggal menunggu waktu pemulihan.

"nah makasih banget nak udah bantu bapak. kalau gaada kalian, mungkin istri bapak sudah menyusul anak bapak ke akhirat. walau bapak gak bisa balas kalian, semoga pahala kalian selalu mengalir, rezeki kalian semakin lancar, dan semoga allah membalas berkali kali lipat kepada kalian"

"amin ya robbal alamin pak, kita langsung pamit aja ya pak. assalamualaikum"

"waalaikumsalam".


Comments

Popular posts from this blog

JADWAL DAN BAGAN PERTANDINGAN 3X3 COMPETITION

17AN DOELANAN

INIVTASI BASKET SMADA & DOEA 3X3 BASKETBALL COMPETITION 2019