CERPEN KARYA RIA APRILLIA (XI MIPA 2)

 76 DALAM 19

 

 

‘…bagi pelaksanaan HUT RI yang ke-76 pada tahun ini tamu yang diundang hanya berkisar antara 40-50%, hal tersebut dikarenakan pak presiden Joko Widodo ingin tetap melaksanakan upacara tahunan untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia tapi juga tetap melaksanakan protokol kesehatan.Untuk itu dihimbau untuk seluruh warga Negara Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan tahun ini DARI RUMAH SAJA!’

 

Suara penyiar berita sore ini begitu jelas di indera pendengaranku. Kudengarkan dengan seksama berita itu hingga selesai. Hmm besok sepertinya tidak akan ada lagi keluhan para siswa-siswi karena kepanasan seperti upacara hari kemerdekaan 2 tahun lalu. Ya, besok adalah hari kemerdekaan Negara kita tercinta yang ke 76. Dan… ya, besok adalah kedua kalinya kita tidak bisa melaksanakan upacara kemerdekaan seperti 2 tahun yang lalu.

 

Ahh..lomba tujuhbelasan ya? Aku tidak yakin sih tahun ini apakah boleh diadakan lomba seperti itu. Aku tidak yakin bapak akan menyetujui diadakannya lomba itu karena kata bapak pasti akan menyebabkan kerumunan. Bapak khawatir kalau-kalau kita berkerumun presentase terjangkitnya virus covid-19 akan semakin besar dan mengakibatkan banyak warga yang tertular wabah virus ini.

 

“Pak, apa malam ini di desa ga diadakan lomba tujuhbelasan kaya tahun kemarin?” tanyaku kepada bapakku yang sedang duduk disebelahku sambil menyeruput teh hangatnya.

 

“Yo ora toh nduk, sekarang kan lagi PPKM mana mungkin diperbolehkan untuk berkumpul. Kita ini harus selalu menerapkan protokol kesehatan nduk, kita harus jaga jarak ga boleh berkerumun, makanya di desa ga diadakan lagi lomba tujuhbelasan. Tapi yen pandemi ini wes berakhir pasti bakal diadakan lagi kok nduk tenang wae kan bapak wali desanya.” Sahut bapak sambil tetap menonton siaran berita sore itu.

 

“Bener apa kata bapakmu nduk, kita sebagai warga Indonesia yang patuh harus selalu menetapkan protokol kesehatan supaya pandemi ini cepat berakhir.” Sahut ibuku yang datang dari arah dapur sambil membawa pisang goreng hangat.

 

“Oh..nggeh pak,buk. Lagipula kita juga bisa kan nggeh Tetap Merdeka Walau Harus di Rumah Saja. Selain merdeka kita juga bisa menjaga diri kita dari wabah penyakit covid-19 niki.” Kataku mengerti.

 

Sore yang tentram ditemani teh manis dan pisang goreng hangat bersama keluarga itu menyadarku akan pentingnya arti kalimat “Tetap Merdeka Walau di Rumah Saja”. Akan pentingnya selalu mengingat jasa pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan 76 tahun yang lalu. Meski berbeda dari tahun-tahun sebelumnya aku yakin peringatan HUT RI kali ini tetap khidmat dan meriah. 

 

Oh ya, aku jadi teringat dengan perayaan tahun kemarin. Dimana Istana Kepresidenan mengajak masyarakat untuk menghentikan semua aktivitasnya selama tiga menit tepat pukul 10:17 WIB untuk memperingati Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Aku yang saat itu sedang membaca novel pun menyempatkan diri untuk mendengarkan kalimat Proklamasi yang dibacakan oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Ibu yang menyadari perubahan sikapku dari yang semula sedang membaca novel menjadi diam mendengarkan Detik-Detik Proklamasi pun seketika bertanya,

 

Flashback…

 

“Loh, ono opo toh nduk kok serius tenan ndeleng Tv ne?” Tanya ibuku yang mulai kepo.

 

“Oh..niki buk kita khususnya masyarakat Indonesia diperintahkan untuk memberhentikan segala aktivitas kita hanya dalam waktu tiga menit untuk mendengarkan kalimat Proklamasi yang dibacakan oleh Pak Presiden Jokowi.” Jawabku sembari tersenyum kepada ibu yang sedang menyetrika pakaian.

 

“Eelahdalah, ngomong toh nduk.. bentar-bentar ibu tak naruh setrika ini dulu.” Kata ibu sambil berlari kecil menuju meja dekat lemari untuk menaruh setrika yang selesai dipakainya barusan lalu duduk disebelahku setelah kembali sambil mendengarkan Pak Presiden membacakan naskah Proklamasi.

 

Aku juga teringat waktu bapak menyuruh semua warga desa untuk memasang bendera Merah Putih didepan rumah masing-masing seperti tadi siang.

 

“He Yud Yud! Suruh semua warga pasang bendera merah putih yang sudah dibagikan oleh perangkat desa di depan rumah masing-masing yo. Walaupun perayaan HUT tahun ini tidak semeriah tahun-tahun kemarin karena adanya wabah virus corono ini, kita sebagai warga Indonesia yo harus tetap menghargai jasa para pahlawan. Wes sana berangkat kasih pengumuman ke warga supaya cepat masang benderanya. Oh yo Yud jangan lupa bilang ke warga untuk selalu di rumah saja yo..” kata bapak kepada Pak Yudi didepan teras rumah.

 

Tingtingting tingtingting…

 

Saat sedang asyik Flashback tentang perayaan HUT RI tahun kemarin, tiba-tiba ponselku berbunyi dan menampilkan nama ‘Mas Dirga’, segera saja kuangkat telefon video dari kakak laki-lakiku yang tinggal di Negri Paman Sam itu.

 

“Assalamualaikum dek, gimana keadaan kamu,bapak sama ibu disana?baik-baik aja kan yo.. mas disini rindu sama kalian,sama suasana hari kemerdekaan di Negara mas sendiri.” Kata pembuka yang diucapkan mas Dirga diseberang telfon.

 

“Waalaikumsalam mas, Alhamdulillah kulo,bapak dan ibu sehat disini. Kalo mas kangen ya harusnya mas pulang ke Indonesia dong..” kataku menanggapi, ibu yang duduk tepat disebelahku pun lantas menyahut

 

“Bener apa kata adekmu kuwi le.. yen kamu kangen kamu harusnya pulang ke Indonesia dong..”

 

Waduh bu..ngapunten mas masih belum bisa pulang ke Indonesia karena wabah virus corona ini bu. Kalo udah boleh pulang mas pasti pulang kok bu hehe, kalian disana sehat-sehat ya..mas disini selalu jaga kesehatan kok mas janji mas selalu mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.”

 

Kali ini terdengar suara bapak yang menyahuti telefon dari mas Dirga, “Iyo gapapa le, kalo memang tidak memungkinkan untuk pulang lebih baik jangan pulang dulu,selesaikan saja dulu kuliahmu disana. Jaga kesehatan terus yo le, bapak, ibu dan adekmu disini juga selalu jaga kesehatan kok”

 

“Nggeh pak pasti, udah ya mas tutup telfonnya, mas masih ada kelas online habis ini. Assalamualaikum” 

 

“Waalaikumsalam…” jawab kita bertiga kompak.

Setelah mas Dirga menutup panggilan videonya aku sadar bahwa, meskipun kita tinggal di Negara orang pasti kita tidak akan bisa melupakan Negara kita ini. Negara yang 76 tahun lalu terbebas dari penjajah. Negara yang 76 tahun lalu berhasil menyuarakan kata “MERDEKA” dengan lantang. Negara yang 76 tahun lalu terlahir sebagai Negara Kesatuan. Negara yang 76 tahun lalu telah berhasil menunjukkan jati dirinya kepada dunia. Negara yang 76 tahun lalu mampu melahirkan generasi bangsa yang pastinya selalu menghargai jasa-jasa para pahlawannya.

 

Aku yakin selama hayat masih dikandung badan dan dalam keadaan sulit sekalipun pekik kalimat “sekali merdeka tetap merdeka” masih tetap membahana di tengah wabah virus corona.Aku yakin warga Indonesia, pasti selalu teringat dan terngiang untuk semakin meneguhkan bahwa “17 Agustus Tahun 45…Itulah Hari Kemerdekaan Kita..”

 

Saat ini aku yakin, jika kita semua warga Negara Indonesia selalu bisa menghormati dan menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang sampai titik darah penghabisan untuk memerdekakan Negara kita tercinta ini, mereka pasti mendoakan Negara Indonesia kita agar cepat terbebas dari wabah virus covid-19

 

Comments

Popular posts from this blog

JADWAL DAN BAGAN PERTANDINGAN 3X3 COMPETITION

17AN DOELANAN

INIVTASI BASKET SMADA & DOEA 3X3 BASKETBALL COMPETITION 2019