CERPEN KARYA NAILATUL KARIMAH (XI MIPA 4)

  Cerpen

Tema : Merdeka di Tengah Pandemi 

Judul : 

Kekompakan dalam Bingkai Persaudaraan

Senin, 10 Februari 2020. Libur dua minggu dimulai. Hah? Libur? Sekolah di rumah maksudnya. Hmm.. Impian banyak siswa untuk menghindari pembelajaran di sekolah. Suatu hal yang tak dapat diduga sebelumnya. Namun, apa kata alam.. Jelas berbeda.

Suatu hari, Dani menutup laptopnya untuk mengakhiri pembelajaran fisika secara daring melalui zoom meeting. Mata pelajaran yang kurang ia sukai, ditambah tugas yang menumpuk, ditambah lagi wifi rumah yang kadang putus nyambung kayak cerita cintanya. Slebew.

“Ahh.. Ruwet amat si fisika. Untung udah kelar. Tadi listriknya yang bermasalah apa emang akunya aja yang ga ngeh. Ohiya, hari ini ada tanggungan tugas kelompok biologi. Gawat. Diwajibkan hadir ama si Sinta. Mager banget ya Allah. Lebih baik siap-siap dulu deh,” ucap Dani dengan nada letih karena tugas-tugas sedang menantinya.

Dani bersiap-siap untuk pergi ke rumah Geandra yang berjarak 1,5 Km dari rumahnya. Setelah selesai memasang sepatu, ia mulai menaiki motor scoopy satu-satunya dan berpamitan kepada mamanya. Geandra telah siap di depan rumahnya sembari memainkan ponsel kesayangannya.

“Bro, kuy, ehh. Bawa apaan aja ya kita? Uda dibagi tugas belum?,” tanya Dani pada Geandra. “waduh, mana aku tahu, habisnya si Sinta ngegas mulu, ngamuk doang di grup, aku sih Cuma bawa kertas folio bergaris dua lembar ama pulpen. Kelar,” jawab Geandra pada Dani.

“Gila banget nih anak, modal dikit kek,” sahut Dani pada Geandra.

“Modal otak ama badan udah, perkara si Sinta ngamuk, ya aku bomat haha, udah cepet, ntar dia malah ngamuk beneran gara-gara kita telat,” ucap Geandra pada Dani sembari menaiki motornya dan melaju lebih cepat sebelum Dani.

“Sof, denger-denger, libur kita diperpanjang deh. Eh bukan libur, daring maksudnya wkwk, soalnya angka positif covid-19 makin naik.” Sinta mulai berbagi cerita kepada Sofia. “Yahh, ga seru dong. Kita aja udah hampir setahun ga ngerasain SMA, seragam gantung doang di almari,” sahut Sofia dengan suara sedikit lantang.

“Iya, mau gimana lagi, dijalani aja kedepannya. Eh itu, Ila udah dateng,” jawab Sofia dengan nada bicara yang sedikit naik.

“Assalamualaikum ges, maaf agak telat, barusan nungguin babang gojek, maklum ga ada doi,” kata Ila sambil sedikit tertawa.

“Noh si Dani ama Geandra juga nyampe, doinya Ila,” sahut Sofia dengan meringis. “Dih amit- amit,” sambung Ila dengan sedikit kesal.

“Assalamu’alaikum temen-temenku semua. Orang ganteng mau lewat. Eh aku ada kabar nih, si Angga ga bisa hadir, nenek ama bapaknya lagi sakit,” kata Geandra sembari melepas helm di kepalanya.

“Duduk dulu atuh, malah cerita sambil berdiri. Eh si Dani, ngapain di situ, masuk aja sini, Sinta ga bakal ngamuk kok, haha ya kan Sin,” ujar Ila dengan meledek Sinta.


 “Yee, bentar lagi juga masuk. Nih gua bawa bahan-bahannya,” sahut Dani pada Ila. Eh kasihan juga si Angga. Kalian pada tau ga, nenek sama bapaknya sakit apa? Mulai kapan? Dan sekarang dirawat di mana? Si Angga dari empat hari yang lalu sampe sekarang engga ikutan daring soalnya,” tanya Sinta pada teman-temannya.

“Kalo neneknya sih sakit udah lama, diabetes kata si Angga, sekarang ada di rumah sakit Sudirman. Kalau bapaknya, aku kurang tahu, hmm denger-denger habis diperiksa, bapaknya si Angga punya riwayat diabetes juga, tapi ada kompilasi. Kasihan ya si Angga ama ibunya,” cerita Geeandra pada teman-temannya.

“Bener, kasihan si Angga, mana tugas sekolah banyak banget. Dia udah ketinggalan berhari-hari. Eh tapi, kenapa ya dia jarang online? Hmmm kita mana bisa tanya kabarnya kalo dia jarang online,” sahut Ila.

“Barangkali jatah paketannya ditabung buat beli obat neneknya,” kata Sofia sembari memakan cilok yang ada di depannya persis.

“Iya juga sih, Angga kan anak yang patuh, ga kayak si Dani haha,” ledek Sinta pada temannya itu.

“Tega banget jadi orang, awas aja kalo minta buatin gambar sketsanya,” ucap Dani pada Sinta dengan nada sedikit kesal.

“Anak baik ga boleh ngamuk..,” ucap Sinta pada Dani dengan ketawa kecil.

Di satu sisi, Galuh dan Rey sedang berjuang membetulkan rantai motornya yang lepas. Mereka terpaksa berjalan kaki dengan motornya selama 20 menit untuk mencari bengkel yang ada di sekitar sana. Mereka bercakap-cakap santai dengan topik yang sama, “covid-19.” Mereka masih terheran, mengapa orang-orang masih belum patuh prokes dan bantuan yang diturunkan pemerintah juga masih belum merata. Di sepanjang jalan yang mereka tempuh, masih banyak orang berkendara yang tidak menggunakan masker. Mereka pun mempunyai rencana untuk menyebarkan edukasi seputar covid-19 melalui karya poster dan karya tulis ilmiah yang akan mereka buat. Galuh berpikir akan mengajak Dani, Sofia, dan Sinta, karena mereka cukup ahli membuat karya poster yang unik dan menarik.

“Ehh, itu bengkel gak sih Rey?,” tanya Galuh pada Rey sembari menudingkan jari telunjuk kanannya.

“Eh, iyaa. Alhamdulilah.. Setelah berabad-abad lamanya, akhirnya kita menemukan sebuah bengkel, gercep, pasti yang lain uda pada nunggu,” sahut Rey dengan nada semangat.

“Ho’oh,” kata Galuh menanggapi Rey.

“Hallo guyss, Nella duluan yaa, bye bye,” sapa Nella dengan suara lantang saat dibonceng kakaknya menuju ke rumah Sinta.

“Eh itu si Nella, aku kira dia udah sampe duluan dari tadi. Biasa, pasti tadi habis ngebo,” ujar Galuh dengan tertawa kecil.

“Haha, aku aduin ke si Nella loh Gal,” ucap Rey dengan meringis.

“Aduin gih, hahaha, ga takut ama tukang kebo,” jawab Galuh dengan setengah meledek.

Galuh mengikuti ekskul yang sama dengan Rey dan Nella, yaitu KIR atau kelompok ilmiah remaja di sekolahnya. Mereka cukup unggul di bidang akademik, khususnya saintek. Mereka telah terdaftar sebagai peserta lomba karya tulis ilmiah nasional pemuda Indonesia (LKTINPI)


 Yogyakarta Online Competition 2021 bidang social humanity. Rey mempunyai ide untuk mengembangkan kondisi pandemi di Indonesia dalam berbagai bidang; baik kesehatan, pendidikan, maupun ekonomi. Galuh setuju dengan ide tersebut. Ia akan menambahi tulisan mengenai kebiasaan buruk masyarakat Indonesia ketika menghadapi pandemi seperti tidak menggunakan masker, tidak mencuci tangan, tidak memakai hand sanitizer, tidak menjaga jarak, berkurumun, serta tidak menjaga kebersihan. Galuh berharap karya tulis ilmiah ini bisa memberi penyelesaian yang lebih baik untuk seluruh masyarakat kedepannya.

“Assalamu’alaikum guys, Nella dateng nih. Eh ini ada cimol ama pempek buat kalian, maaf ya telat, tadi nunggu Kakak hibernasi dua tahun ga bangun-bangun,” ucap Nella dengan nada tergesa-gesa dan cukup lantang.

“Tenang Nel, lagian si Galuh ama Rey juga belum dateng, eh ini cimol buat aku doang kan?,” sahut Geandra dengan ketawa riang.

“Enak aja, dengan gampangnya bilang kayak gitu. Makanan habis gegara kamu doang deh perasaan,” kata Ila dengan nada seikit kesal.

“Jangan asal ye, main tuduh aja, huh. Dasar pacarnya orgil,” ledek Geandra pada Ila.

“Astaga. Amit-amit. Kamu aja kali. Dih, sini pensilnya. Lemot banget, dari tadi Cuma gambar daun doang,” jawab Ila sembari mengambil pensil di gengggaman Geandra.

“Nyenyenye,” ucap Geandra pada Ila.

Sepuluh menit kemudian, Galuh dan Rey sampai di rumah Sinta dengan membawa perlengkapan lengkap; mulai dari alat tulis, alat warna, kertas, dan dekor karya. Mereka tampak letih setelah berjalan 2 Km untuk mencari bengkel.

“Ges, assalamu’alaikum. Maaf banget, maaf..bangett. aku ama Rey tadi nyari bengkel muter-muter, rantai motorku lepas gitu aja. Untung kita ga kenapa-kenapa. Maaf sekali lagi,” ucap Galuh pada teman-temannya.

“Gapapa Gal. Sans aja. Lagian si Dani udah proses bikin sketsanya. Alhamdulillah deh kalo kalian engga kenapa-napa,”

“Ngogey, gaskeun kuy,” sahut Rey.

Mereka membuat sebuah gambar struktur sel dan sebuah poster lingkungan bertemakan “pentingnya menjaga kebersihan di masa pandemi.” Dani cukup mahir di bidang seni, ia mempunyai kegemaran menggambar dan hobi melukis. Tak diragukan lagi, kelompok mereka terlebih dahulu akan mengandalkan Dani. Namun, Dani tak ingin ditunjuk sebagai ketua kelompok, sehingga Sinta yang menjadi ketua kelompok mereka, karena Sinta dikenal sebagi siswi yang cukup tegas dan lumayan galak sebagai bendahara kelas.

Keesokan harinya, Sinta dan anggota kelompoknya mengumpulkan tugas struktur sel dan poster lingkungan kepada Bu Firda. Mereka pun merasa lega karena tugas biologi berhasil mereka selesaikan dengan lancar. Saat istirahat, Galuh mengajak Geandra dan teman-teman lainnya untuk menyuarakan sebuah aksi edukasi dan pembagian poster kepada masyarakat di sekitarnya agar mematuhi prokes dan menjadi masyarakat yang saling membantu satu sama lain.

“Dra, aku mau bilang nih, aku punya misi buat nyebar edukasi dari poster digital sama poster biasa ke masyarakat yang kita temui nanti, soalnya nih, banyak dari masyarakat kita yang ga patuh prokes, greget aja gitu kan, padahal kasus positif covid-19 engga main-main sekarang. Kita ajak temen- temen yang lain. Setuju ga?,” ajak Galuh pada Geandra.


 “Wah, seru nih kayaknya. Aku mah setuju banget, itung-itung biar aku ga gabut juga di rumah wkwk. Eh, ajak si Dani, dia kan pandai bikin poster. Kalau poster digital, aku ama Rey yang bakal kerja sama. Jangan lupa ajak ciwi-ciwi, biar mereka kagak darting doang,” sahut Geandra membalas ajakan Galuh.

“Sipp, nanti aku bikin WA grup juga. Eh, gimana nanti kalo kalian bikinnya di rumahku dulu, sekalian aku mau bagiin cilok ama dawet buatan tante,” sahut Galuh.

“Udah.. Kagak perlu ditanya, aku mah setuju banget. Jangan lupa bonus satu lagi es dawetnya buat aku hahaha, canda ya, ntar malah dikatain rakus ama si Ila,” sambung Geandra sambil tertawa kecil.

“Ogey sip, insya Allah wkwkw,” jawab Galuh.

Malam harinya, Galuh menginformasikan misinya tersebut kepada teman-temannya melalui grup WA. Tentu teman-teman mereka menyangguppi, kecuali Angga, karena nenek dan bapaknya masih dalam kondisi sakit. Keesokan harinya, teman-teman Galuh berkumpul di rumahnya untuk melakukan kerja kelompok. Geandra dan Rey mengerjakan poster digital di laptop, Galuh dan Dani mengerjakan poster gambar di kertas manilla, Sofia, Nella, dan Sinta membuat bagian mewarnai, sedangkan Ila di bagian membuat tulisan berupa slogan dan pesan moral. Tugas mereka telah terbagi sehingga pekerjaan itu terselesaikan hanya dalam waktu dua hari.

Lusa setelah kerja kelompok di rumah Galuh, ada pelajaran biologi dari Bu Firda. Bu Firda mengumumkan nilai yang didapat oleh setiap kelompok yang telah mengerjakan tugas struktur sel dan poster lingkungan sebelumnya. Tak disangka, kelompok Sinta mendapatkan nilai 95 untuk poster lingkungan, serta nilai 90 untuk tugas gambar struktur sel. Bu Firda menunjuk tiga orang dari kelompokmya Sinta untuk diikuttkan sebagai perwakilan lomba poster tingkat nasional dalam rangka memperingati hari Pancasila. Sinta bersedia untuk menjadi salah satu peserta dari lomba tersebut, lalu ia menunjuk Dani dan Sofia untuk menjadi anggota dalam timnya. Lomba diselenggarakan kurang dari lima hari lagi. Untungnya, Dani telah mempunyai konsep poster di rumahnya. Mereka hanya tinggal memberi warna dan menyempurnakan kata-kata di dalamnya.

Sepulang sekolah, Galuh dan teman-temannya memulai aksi mereka untuk memberi edukasi pada masyarakat. Mereka menempelkan poster di tempat-tempat tertentu, namun mereka tetap menjaga kebersihan di sekitarnya. Saat ada orang-orang yang tidak menggunakan masker, mereka berani menegur dengan sopan. Galuh dan Geandra memberi poster digital berisikan ajakan, sedangkan Ila dan Nella membagikan masker gratis kepada masyarakat. Diharapkan dengan terwujudnya misi ini, mereka bisa menebar ilmu dan kebaikan bagi banyak orang.

Keesokan harinya, Galuh, Rey, dan Nella berkumpul di laboratorium bahasa dengan Pak Wawan selaku pembina KIR untuk menyiapkan lomba karya tulis ilmiah nasional pemuda Indonesia (LKTINPI) Yogyakarta Online Competition 2021 bidang social humanity yang akan berlangsung tiga hari lagi. Lomba ini berpuusat di Yogyakarta, namun diadakan secara daring dikarenakan pandemi yang masih belum usai. Rey mengangkat judul “Kesadaran Masyarakat untuk Taat Prokes dan Edukasi Sosial di Era Covid-19” dari ide yang dimiliki oleh Nella dan Galuh. Pak Wawan dengan semangat mendukung tim ni untuk presentasi di depan dewan juri dan menjadi calon the winner selanjutnya.

Peserta lomba poster dan LKTIN ini kemudian dipanggil oleh kepala sekolah untuk menemui kepala dinas pendidikan di ruang kepala sekolah. Mereka menaruh harapan besar kepada tim-tim yang akan bertanding untuk mengharumkan nama sekola, kota, dan provinsi di tuingkat nasional melewati seleksi sebelumnya yang lumayan ketat.


 Tiga hari telah berlalu, tim LKTIN saat ini akan presetasi dalam judging session di depan para dewan juri dalam zoom meeting. Galuh sebagai ketua tim mulai memperkenalkan diri, dilanjut Nella dan Rey sebagai anggota kelompok. Saat sesi presentasi, mereka menyuarakan aspirasinya untuk bersama-sama menegakkan keadilan dan keutuhan satu sama lain, tidak membuat persepsi buruk terhadap pasien covid-19, serta menyerukan kepada masyarakat untuk selalu taat prokes dan menjahga jarak. Sesi tanya jawab pun tiba. Walau Nella cukup gugup untuk menjawab pertanyaan juri yang lumayan bikin sesak nafas, Rey berhasil menyangga dan menambahi jawaban Nela dengan logis dan jelas. Empat puluh lima menit berlalu, jugding session pun telah selesai. Di akhir acara, panitia memberikan satu pertanyaan kepada tim Galuh.

“Apa pesan yang kalian sampaika mengenai kondisi Indonsesia pada saat ini dalam berbagai macam bidang?”

Galuh mulai menjawab.

“Saya berharap, agar masyarakat Indonesia dapat merealisasikan makna merdeka di tengah pandemi. Diperlukan kerja sama antar pemerintah juga untuk saling mendukung terwujudnya makna ini,” ucap Galuh kepada panitia dengan suara tegas.

Nella menambahi.

“Makna merdeka di tengah pandemi ini cukup luas. Merdeka pandemi dimulai dari bidang pendidikan, kesehatan, teknologi, ekonomi, sosial, dan hukum. Indonesia harus menyiapkan generasi yang pantang menyerah dan terus berkarya walau dalam kondisi seperti ini. Masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama mewujudkan Indonesia yang tidak melemah dalam bidang ekonomi. Pejabat-pejabat harus mempunyai kesadaran untuk tidak curang saat bertugas dan tetap menegakkan hukum yang telah diatur. Tenaga kesehatan harus diapresiasi, bukan malah dicaci, agar mereka mempunyai semangat lebih saat mendedikasikan waktunya kepada negara. Selain itu, seluruh warga Indonesia diharap tetap meatuhi protokol kesehatan dan menjaga jarak agar kita semua berhasil melawan virus corona” jelas Nella pada pihak panitia dengan suara lantang.

Rey juga menambahkan pesan dan harpan di depan panitia.

“Semoga pandemi covid-19 segera berakhir dan Indonesia kedepannya menjadi negara yang lebih unggul dan sejahtera,” kata Rey mengakhiri.

Lomba pun telah usai. Pengumuman atau awarding akan dilakukan besok malam untuk mengetahui siapakah yang akan menjadi pemenang dalam kompetisi karya ttulis ilmiah nasional kali ini.

Di hari berikutnya, tim Dani yang akan bertanding di lomba poster nasional. Ia telah mengirimkan karya melalui e-mail dan hanya menunggu presentasi. Saat sesi penjurian, Sofia membuka sesi perkenalan, dilanjut Sinta, lalu kemudian Dani. Sesi presentasi pun tiba, Sinta menjabarkan makna slogan yang terdapat di dalam poster yang telah mereka buat. Dani menjelaskan makna tiap gambar yang telah ia buat dan pemberian variasi warna pada poster yang telah mereka kerjakan. Sedangkan Sofia menjabarkan pesan moral yang ada di dalam poster tersebut. Kak Arief selaku juri dalam lomba ini memberi satu pertanyaan yang cukup menguji mental.

“Jelaskan apa arti warna hitam pada goresan spidol pada tanda tangan kalian di poster tersebut!’” tanya Kak Arief ppada Sinta, Sofia, dan Dani. Sungguh pertanyaan yang out of the box yan bikin mereka keringetan. Sinta mulai menjawab.


 “Warna hitam pada tanda tangan kami memebrikan kesan yang elegan, klasik, dan kepuasan sebagai bentuk selesainya kami dalam membuat poster tersebut,” jawab Sinta dengan penuh keyakinan. Dani pun menambahkan.

“Warna hitam tersebut juga memberi tanda kekuatan dan kekompakankami dalam mengerjakan dan merealisasikan karya serta pesan moral dalam poster yang kami ajukan,” tambah Dani dengan suara lantang, walau sebenarnya dirinya gemetaran.

Tak disangka, Kak Arief memberikan tepuk tangan dan dua jempol dari presentasi dan tanya jawab dari tim Sinta. Mereka bertiga pun berharap dan optimis sepenuh hati bisa memenangkan perlombaan ini.

Malam hari adalah awarding dan pengumuman dari lomba karya tulis ilmiah nasional pemuda Indonesia (LKTINPI) Yogyakarta Online Competition 2021. Galuh, Rey, dan Nella kembali join pada zoom meeting dan menyimak acara dengan penuh semangat. Mereka telah berdoa dan berkeyakinan bisa mendapat juara dalam perlombaan kali ini. Setelah menyimak selama satu jam setengah, pengumuman pun mulai disebutkan. Luar biasa, tim mereka mendapatkan juara dua dalam bidang social humanity. Pak Wawan selaku pembimbing merasa amat sangat bangga dan mengumumkan berita bahagia ni di seluruh platform sosial media. Galuh, Rey, dan Nella tak berhenti mengucap syukur dan wajah mereka berbunga-bunga ketika namanya disebutkan oleh pihak dewan juri. Reward akan dibagikan mulai lusa. Reward berupa gold medal, piagam penghargaan, sertifikat nasional berbahasa Inggris, uang tunai sepuluh juta tanpa dipotong pajak, souvenir lucu, totebag, kaos, botol minum, dan perlengkapan sekolah. Mereka disambut oleh pihak sekolah melalui video call dan ucapan selamat dari Pak Kholil selaku kepala sekolah.

Esok harinya, tepat pada jam sepuluh pagi, bergantian awarding pada lomba poster dari tim Sibta. Mereka juga menyimak zoom meeting dengan sigap. Setelah menunggu selama kurang lebih satu jam, nama Sinta dan anggotanya disebutkan oleh dewan juri. Mereka mendapatkan juara tiga dalam ajang lomba poster nasional. Dani cukup sedih karena belum bisa memaksimalkan usahanya untuk meraih juara satu. Sofia memberi sebuah semangat bahwa ia telah memberikan yang terbaik pada tim dan sekolahnya. Sinta, Sofia, dan Dani juga mendapatkan banyak ucapan dari dewan guru dan akan menemui Pak Kholil untuk berfoto bersama. Reward yang mereka dapatkan berupa throphy, totebag, souvenir, perlengkapan sekolah, tiket makan gratis, serta uang tunai sebesar 6 juta ruoiah dipotong pajak.

Hadiah dari kedua lomba tersebut telah sampai pada pihak wakil kesiswaan. Dari tim LKTI dan tim lomba poster, bersama-sama menemui kepala sekolah dan kepala dinas untuk berfoto bersama. Mereka mendapat hadiah tambahan berupa uang tunai dua juta rupiah per-anak dari pihak dinas.

Galuh, Rey, dan Sinta sepakat untuk memebrikan hadiahnya yang berupa uang tunai kepada temannya, Angga, untuk biaya rumah sakit dan kebutuhan sekolahnya. Selain itu, mereka dan tim juga akan memebrikan uang tersebut kepada penyalur bantuan covid-19. Diharapkan, mereka bisa memberikan kontribusi terbaiknya kepada sekolah dan masyarakat. Para guru dan kepala sekolah merasa sangat bangga terhadap visi yang mereka ungkapkan. Tak hanya itu, teman-teman mereka pun memberi banyak dukungan, berupa ucapan selamat, surat-surat, kado mini, dan rangkaian bunga yang dibuat khusus untuk mereka.

Setelah beberapa hari, bantuan yang mereka berikan telah diterima oleh Angga dan orang- orang di daerahnya. Angga sangat berterima kasih dan tentunya ia amat terbantu dari hadiah yang telah sahabatnya berikan. Masyarakat kini menjadi lebih terdorong untuk selalu taat protokol


 kesehatan setelah tersebarnya poster digital dari karya yang telah Dani dan teman-temannya buat. Pesan yang ada di dalam poster tersebut yaitu;

”Taati protokol kesehatan jaga jarak, dan hindari kerumuanan. Indonesia kembali sehat dan sejahtera dimulai dari diri kita sendiri dan kerja sama antar masyarakat dan pemerintah. Jangan lupa selalu jaga kebersihan dan kesehatan, serta perbanyaklah belajar demi kemajuan bangsa.”

-Selesai-


Comments

Popular posts from this blog

JADWAL DAN BAGAN PERTANDINGAN 3X3 COMPETITION

17AN DOELANAN

INIVTASI BASKET SMADA & DOEA 3X3 BASKETBALL COMPETITION 2019