CERPEN KARYA RADITYA NUR BAGASKARA (XII IPS 2)

 MERDEKA  DALAM TANGIS

 

Apa itu Merdeka? Apakah dengan perginya penjajah dari Indonesia sudah merdeka? atau mengibarkan bendera merah putih di setiap rumah lalu mengupload di Sosial Media dengan caption “Dirgahayu NKRI…MERDEKA!!!” ??. Merdeka hanyalah untuk para penguasa, para konglomerat, dan pejabat - pejabat. Kemerdekaan adalah rasa kebahagiaan saat mengambil uang Rakyat untuk kepentingan pribadi tanpa memperdulikan rakyat sedang apa dimana dan bagaimana. Yang terpenting adalah bagaimana caption postingan di Sosmed waktu menaiki kapal pesiar untuk liburan sekeluarga dengan menggunakan barang branded dan yang pasti impor. Apakah benar makna Kemerdekaan seperti ini? Apakah BENAR Negri ini telah mencapai arti dari kata “merdeka”? 

Akan aku ceritakan tragedi dari kehidupan seorang Sapardi

Sapardiseorang laki laki yang hampir berusia lanjut bekerjasebagai pengayuh becak, Atau kebanyakan orang menyebutnya “Tukang Becak”. Dengan umur yang seperti itu Sapardi masih membara demi mencari nafkah meski kedua kakinya bergemetarpertanda tak kuat. Namun itu tidak akan bisa mematahkan semangat Sapardi

Penghasilan Sapardi tak seberapa. Ditambah dengan kondisi pandemi Covid yang seperti ini. Karena adanya PPKM, jumlah penumpang dari becak sapardi bisa dihitung dengan jari. Semakin berkembangnya zaman, Becak Pengkolan seperti Sapardi kalah laris dengan adanya ojek online. Pelanggan Sapardi kebanyakan Ibu – Ibu atau kadang orang yang lanjut usia. Kaum Milenial bahakn Gen Z jarang atau bahkan tidak ada yang berpergian dengan becak karena terkesan lama dan susah untuk dicari

Selepas bekerja Sapardi selalu menyempatkan diri untuk pergi ke warung di dekat RSUD Pondok Gedhe untuk membelikebutuhan makannya dan sang Istri. Warung itu milik Pak Makrus sahabat lamanya sewaktu dulu di SekolahNamanya juga seorang sahabat, terkadang Makrus menambahkan sesuatu di kantong belanjaan Sapardi tanpa sepengetahuannya. Dia menambahkan tempe atau bahan makanan yang lain. Suatu hari dia menyelipkan uang 100.000 ribu di dalam kantung belanjaan Sapardi. Makrus tau kalau Sapardi pasti akan menolak jika diberi secara terang terangan

Di tengah perjalanan pulang Sapardi istirahat sejenak. Sapardi mengambil 1 botol kecil air mineral di kantung yang tadi dia beli di warung Makrus. Di saat dia membuka kantung plastik tersebut, Sapardi melihat selipan uang 100.000 ribu yang kebetulan sangat pas di sisi botol air mineral Sapardi.

Dasar Makrus….ada ada saja ya kau. Kau masih sama deperti dulu, payah dalam hal berbohong. Semoga Allah membalas kebaikanmu, Krus ucap Sapardi dengan tawa kecil

Pada hari itu Sapardi tidak langsung pulang menuju rumah kecilnya. Dia bergegas menuju ke sebuah rumah kardus yang sangat lusuh dan kotor di bawah flyover Manahan. Disana Sapardi melihat seorang anak remaja sekitar 17 Tahun sedang duduk di bawah pilar flyover. Anak remaja itu terlihat berbaju lusuh dan robek dengan celana jeans lawas yang sama robeknya dengan baju yang ia kenakan. Disamping badannya yang lusuh dan bau terlihat karung yang berisi penuh dengan botol botol bekas dan satu karung lagi berisi kardus - kardus

Sapardi menghampiri remaja itu yang tengah asik menikmati nasi berbungkus koran dengan lauk 1 kerupuk bawang berukuran sedang. Sapardi bersandar di pilar yang sama dengan anak itu dan menyapa anak itu

“ Sepertinya kau menikmati hidanganmu ya nak?”

“ Iya Paman. Untung saja waktu saya melewati rumah makan Jawa berwarna birdekat stadion Manahan, saya melihat sisa nasi dan kerupuk dari bapak bapak kantoran itu. Daripada nasi itu mubazir, lebih baik aku bungkus saja nasi itu dengan kertas koran ini” jawab remaja itu dengan santai dan bahagia. Tampaknya dia dan Sapardi telah mengenal sudah lama

Sapardi tersenyum mendengar cerita anak ini

“ Tapi paman. Apakah aku telah berbuat dosa? Sebab aku telah mencuri hak milik orang lain. Aku telah mencuri nasi yang sebenarnya ini adalah hak bapak kantoran itu. Setiap aku menelan suapan dari nasi ini, aku selalu memikirkan bagaimana aku disiksa di neraka. Mungkin aku mendapat cambukan api atau Tubuhku dibakar habis habisan oleh Tuhan. Namun jikalau aku tidak mencuri, aku akan lebih berdosa karena menyia – nyiakan hidup. Orang - orang yang telah mati seperti ayah dan ibuku saja ingin kembali hidup demi mencari amal kebaikan dan amal ibadah. Apakah aku masih dimaafkan atas nasi curian ini? Apakah aku salah paman?” tanya sang Anak dengan kebingungan

Sapardi menjawab dengan raut muka trenyuh “ Kau terlalu merasa bersalah hanya karena sebungkus nasi itu nak. Kalaupun hanya sebungkus nasi itu saja kau sudah sangat merasa bersalah, aku sampai tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan bersalah oleh para kaum atas sana yang mengambil hak hak rakyat kecil seperti kita. Betapa berat sekali penyesalan mereka atas perbuatan dosa yang telah mereka lakui. Namun disaat aku berada di jalan dan tak sengaja melihat pejabat pejabat disana, tampang mereka sama sekali tidak memperlihatkan penyesalan yang telah mereka lakukan. Terlihat seperti orang yang paling merdeka sampai sampai mengalahkan rasa merdekanya para pejuang melawan penjajah. Atau mungkin mereka tidak ingin memperlihatkan “penyesalan mereka di media dan masyarakat. Mereka baru merasakan dosa dan penyesalannya di balik media dan masyarakat. Seperti disaat dimana mereka berada di kamar sendirian dengan beban dosa dan penyesalan tiada akhir. Aku harap mereka seperti itu”

“ Kalau kau bertanya apakah kau berbuat dosa atau tidak. Hanya Allah lah yang tau nak, yang harus tetap kau jaga adalah jangan pernah berbuat jahat kepada orang lain walau orang lain itu sangat kau benci. Dan jangan lupa untuk beribadah kepadanya. Sebenarnya Tuhan adalah Maha Kesempurnaan. Tidak seperti Manusia yang hanya memandang dari tampilan luarnya saja” lanjut Sapardi kepada anak remaja itu

Setelah itu Sapardi menodongkan uang pemberian Makrus tadi. “Lagi? Tapi ini terlalu banyak, Paman. Hasil botol botolku tadi saja masih bisa cukup untuk makan besok” Tanya anak Remaja berpakaian lusuh itu. “ Iyah. Anggap saja ini sebagai kebaikan Allah atas penyesalanmu itu. Allah melarangmu untuk mencuri makanan dari orang lain. Kalaupun kau hanya menggunakan uang dari hasil payahmu, untuk kedepannya kau pasti akan mencuri lagi. Dan Allah tidak menyukai orang yang mengambil hak orang lain”

“Terima kasih banyak paman. Tapi paman, kau sangat baik walau kau bukanlah keluargaku. Mengapa paman sangat baik kepadaku?” tanya anak remaja sembari menggaruk kepalanya yang gatal

Sapardi menjawab “Tak apa nak. Mumpung kita masih diberi kehidupan oleh Allah, alangkah baiknya kita saling tolong menolong sesama manusia.….”

 

 

Lalu Sapardi pulang menuju rumah. Tempat untuk dia menghilangkan lelah penat . Dari depan rumah terlihat sosok wanita mengenakan kerudung biru, daster merah dengan motif bunga anggrek. Dia adalah Aminah istri Sapardi yang sangat ia cintai

Aminah atau biasa dipanggil Yuk Minah adalah istri dari Sapardi yang paling ia cintai. Aminah adalah wanita yang lemah lembut. Tak pernah sekalipun dia membentak. Aminah menasihati Sapardi dengan alus dan tidak terkesan menggurui bahkanmenyalahkan. 

Sama seperti Sapardi, Aminah adalah orang yang pekerja keras. Aminah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah seorang pejabat di daerah Safira Triyagan. Aminah berangkat kerja dari sebelum ayam berkokok hingga pulang sebelum datangnya fajar merah. 

“Baru pulang Mas? Bagaimana tadi nariknya? Seperti biasa?

Iyalah min. Kondisinya juga seperti ini. Semoga keadaan lekas membaik” Jawab Sapardi dengan menghela nafas

Yasudah tidak apa mas. Buruan mandi itu airnya sudah saya siapkan. Bajunya sudah saya siapkan di atas kasur.”

“Kamu memang wanita yang cantik hatinya, minah. Aku sangat bersyukur bisa hidup bersamamu”

“Ya ampun mas bisa saja. Ingat kita ini usianya mau menginjak 50 tapi rasa – rasanya seperti pengantin baru saja” dengan pipi merah merona

Dari belakang Sapardi memeluk Aminah dengan sangat eratdan berkata “Bahkan hingga rambut memutih dan kulitku mengkeriput, kasih sayangku padamu sama seperti waktu kita pertama kali bertemu minah. Dan bau wangimu masih seperti biasanya”

Aminah membalas “Iyah wangiku memang masih biasa mas. Tapi wangi serta basah keringatmu ini begitu harum. Bunga Melati akan malu dan tak akan mau tumbuh jika ada baumu ini Hahahahaha”

“Maka dari itu aku tak rela ada bunga yang bermekaran selain kau Minah” Lalu Sapardi mengoleskan keringat yang dia kumpulkan dari wajahnya ke wajah Aminah. “Iiihh Maassss bauu.....Udah sana mandi nanti kita tidak sempat Maghriban”

Pada malam itu hujan turun cukup deras. Kedua sepasang kekasih menikmati suasana dengan hidangan nasi, telur dan tempe goreng. Lengkap dengan bising tetesan air dari atap ruang tamu yang bocor melengkapi kemesraan mereka dengan hangat. Keharmonian ini selalu terjadi. Walau kondisi ekonomi yang tidak mendukung, Sapardi dan Aminah membuktikan bahwa keharmonisam tidak memandang seberapa bagus rumah dan seberepa mahalnya barang barang yang kau miliki. Keharmonisan akan datang dengan adanya komunikasi yang baik serta saling memahami

Keesokannya Sapardi memarkir becaknya seperti biasa di dekat pertigaan Pasar Gede Solo. Disana dia tidak sendirian. Bonar dan Marwoto sahabat seperjuangan Sapardi mbecak. Mereka bertiga sudah saling mengenal sejak lama. 

Pada hari itu mereka seperti biasa duduk di warkop Bu Anis yang dekat dengan pengkolan mereka. Sembari menunggu adanya penumpang, mereka seperti biasa bercakapa- cakap membahas kehidupan. Kasijo menceletus keheningan “Eh Bonar, aku masih kepikiran dari kemarin tentang hal ini”. “Apa yang kau bingungkan itu? Ayolah cakap sama kita orang” Tanya Bonar.“Aku masih bingung apa bener kalo kita mau mengutarakan pendapat kita gak boleh hadap Selatan xixixixi” kata Marwoto dengan tawanya yang lantang. “Ih heran kali lah aku sama kau punya otak. Aneh kali loh isi pala kau itu hahahah” Lanjut Bonar meneruskan candaan Marwoto. Sapardi juga tidak ingin kalah dengan candaan Marwoto. Sapardi bilang “Kemarin aku disuruh Istriku untuk beli obat tidur di apotek”. “Kenapa pula kau punya istri itu? Sakit?” “Bagaimana kau menjaga istrimu Sapardi? Kau menyayangi istrimu kan? Sampai harus minum obat tidur segala” Tanya Bonar dan Marwoto dengan panic. “Iyah aku tadi malam sempat membeli obat tidur di apotek. Tapi di tengah jalan aku harus bawa obatnya pelan – pelan. Nanti takut obatnya bangun xixixixixi” Jawab Sapardi dengan tawanya yang terbahak – bahak. Dia menertawakan tanggapan mereka yang sangat serius itu. “aku kira kau serius tadi loh Sapardi. Ketipu lah aku jadinya”. Marwoto membalas “Kalau sampai bangun nanti gawat. Nanti gimana jadinya kalau dia minta empeng hahaha…..”

Suasana yang pecah itu tidak terjadi di hari itu saja. Tiap ada tiga orang itu selalu suasana yang hangat akan keakrabannya. Hingga pertanyaan dari Marwoto yang membuat suasana menjadi serius. “Kemarin aku dengar dari tetanggaku, katanya bansos dikorup. Makin susah saja hidup ini. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”. Sapardi langsung masuk ke pembicaraan dengan nada tegas “Tak baik kau bilang seperti itu, To. Justru kita miskin harus berjuang sekeras mungkin untuk merubah nasib. Kau tidak percaya dengan kekuatan Allah To?”. “Kita orang bukan tak percaya, Di. Tapi kau lihat sendiri lah kita orang punya becak. Tau sendiri lah kau mana ada orang yang mau naik becak butut macam ni. Percuma lah kita orang ikut pemilu kalau kita punya pemimpin jadi macem ni” jawab Bonar menentang Sapardi. “Enak yah jadi penguasa. Yah namanya aja penguasa. Kalau aku jadi penguasa. Aku tidak akan berbuat seperti Penguasa itu. Aku akan mensejaterahkan semua masyarakat kecil dan membuka lowongan kerja yang layak untuk mereka”. Bonar menceletus “Halah mana bisa lah kau Jadi Penguasa. Kau itu cuman lulusan SD ngimpi aja lah kau ini kerjanya. Lagian mana bisa lah kau tahan ama godaan dari korupsi. Celah buat korupsi itu banyaklah emang kau nggak tergoda sama Korupsi? Hahahah….”. “Yasudah kalau gitu Sapardi aja yang jadi Penguasa. nanti uang korupsi buat istrinya semua biar tidak beli obat tidur xixixixi…..”

Suasana itu masih seperti biasanya. Ketiga orang tertawa terbahak sembari bercanda. Namun ada yang mengganjal dari tawa Sapardi. Seakan tawanya adalah palsu. Sapardi tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan Bonar dan Marwoto. Namun dalam kepalanya dia terpikir tentang korupsi itu. Kalau memang benar terjadi, bagaimana nasib kehidupan Sapardi? Orang yang benar – benar dipercaya menjadi wakil rakyat malah menjadikan rakyat sengsara. Apakah mereka tidak sadar atau sengaja tidak sadar melakukan hal itu?

Sapardi mengayuh becak menuju perjalanan pulang. Seperti biasanya Sapardi adalah orang yang diam tidak banyak bicara. Namun diam ini tidak seperti biasanya. Diam ini karena isi kepalanya banyak dengan pertanyaan dan hati yang kecewa

Karena kelalaian Sapardi di tengah jalan, tiba - tiba ada remaja yang menaiki sepeda motor melaju kencang menabrak Sapardi dari samping. Sapardi terjatuh beserta becaknya begitu juga dengan remaja itu. Semua orang disekitar sana berkumpul untuk menolong. Sapardi masih kaget dengan kejadian itu. Masalah tidak sampai dibawa ke Kepolisian. Warga sekitar mengobati kedua korban itu dengan obat seadanya.

Luka Sapardi hanya kaki yang terluka karena kakinya sempat masuk di sela sela rantai. Alhamdulillah kondisi tidak terlalu parah. Kondisi anak remaja itu tangan dan Paha sampai kaki beset yang cukup serius.

Setelah keadaan selesai Sapardi di antar oleh salah satu warga menggunakan motor mengantar Sapardi kerumah. Becaknya masih disana untuk memperbaiki rantainya. Rantai diputus untuk mengeluarkan kaki Sapardi yang terjepit

Begitu terkejut sekali Aminah melihat kondisi kekasihnya seperti itu. Aminah menangis melihat suami yang sangat ia cintai tertimpa musibah. Aminah benar benar seorang perempuan. Ada yang bilang bahwa perempuan adalah makhluk yang mudah menangis karena selalu terbawa perasaan, begitu juga dengan Aminah

Makan malampun tiba. Suasana kali ini diselimuti dengan rasa khawatir dan sedih. “Mas ada masalah apa kok bisa terjadi seperti ini?. Ayolah cerita sama adek mas!” Tanya paksaan Aminah. “Aku hanya terpikir perkataan Marwoto dan Bonar tadi. Seandainya Korupsi bansos benar – benar terjadi, bagaimana nasib kita ini? Selama ini kita banyak mengandalkan bansos dari pemerintah untuk kelangsungan hidup. Penghasilanku dan penghasilanmu saja juga tidak seberapa. Aku khawatir bagaimana kehidpuan kita nanti dimasa depan. Aku menyesal dauhulu masa mudaku hanya untuk mencari kesenangan. Kini masa tuaku kuhabiskan untuk bekerja keras” Sapardi menangis dengan tangisan merintih. 

Baru pertama kali Aminah melihat Sapardi yang seperti ini. Selama hidup dia mengenal Sapardi adalah orang yang kuat dan selalu melihat sisi positif dunia ini

“Sudahlah mas. Janganlah kau berpikir yang tidak tidak. Allah itu “Maha Penolong”. Dia tidak akan membiarkan hambanya sengsara. Mas istirahat saja yah dan jangan berpikiran yang aneh”. Sapardi pun beristirahat di atas kasur dipannya. Suasana yang tak seperti biasanya di rumah kecil itu

Sebelum tidur Aminah bertekad untuk menggantikan Sapardi mbecak. Dia akan berangkat diam diam karena dia tahu kalau dia izin ke Sapardi pasti tidak akan diberi izin

Keesokan harinya Aminah bangun lebih pagi dari Sapardi. Mengendap – endap menyiapkan semuanya untuk berangkat lebih pagi dan bergegas. Untuk berangkat

Saat menyiapkan bekal, Aminah tak sengaja menyenggol gelas di atas meja. Gelas itu pecah dan membuat Sapardi bangun. Sapardi spontan menghampiri asal bunyi itu

“Aminah ada apa? Yang hati – hati dong Aminah…” “Mau berangkat pagi ini? Tumben kamu bawa bekal”

Dengan gugup Aminah menjawab “Tidak apa apa mas sesekali tidak merepotkan majikan. Maaf sudah mengagetkan mas”

Pagi itu Aminah berpamitan dengan Sapardi

“Mas aku berangkat ngambil becak dulu ya-” Aminah keceplosan

“Ngambil Becak? Apa maksudmu Aminah? Jangan bilang kau ingin menggantikanku”

Aminah terdiam tak bersuara

“Aku merasa direndahkan Aminah. Sampai tega kau membohongiku. Tega sekali kau” Hati Sapardi marah bercampur kecewa

Aminah mengangkat suara “Aku sudah dipecat oleh majikan karena sudah digantikan oleh pembantu yang lebih mudah dan lebih berpengalaman. Aku menggantikanmu bukan untuk merendahkan Mas. Tapi inilah satu satunya cara untuk menghidupi kita”

Sapardi diam membeku membiarkan Aminah berangkat. Sapardi kecewa dengan kondisi fisik dan finansialnya. Pagi itu kepala Sapardi dihujani kekecewaan

Setelah Becak diambil di bengkel. Aminah berangkat dengan semangat dengan kondisi tidak enak badan. Sebelumnya Aminah sudah merasa dia demam dan tenggorokan sakit. Namun dia tidak memperlihatkan ke suaminya agar Sapardi tidak kepikiran. Banyak orang yang melihati Aminah karena jarang ada perempuan berprofesi tukang becak. Aminah tidak peduli dan fokus kedepan

Kaki Aminah gemetaran waktu mengayuh pedal mengantarpenumpang karena kondisi Aminah yang sakit – sakitan. Namun Aminah memaksakan diri demi mencari uang

Ditengah perjalanan Aminah pingsan dan jatuh dari becak. Penumpang itu terkejut langsung berteriak minta tolong. Warga disekitar langsung berkumpul dan menolong Aminah. Untungnya jalanan waktu itu sepi.

Salah satu dari kerumunan itu mengenal Aminah. Segera dia menghubungi Sapardi tentang kabar Aminah. Sapardi terkejutmendengar kabar istrinya. Rasanya siang itu ada petir menyambarnya di siang bolong

Di tempat kejadian Sapardi berjalan pincang menghampiri istri. Wajahnya yang pucat dan dahinya yang panas menghawatirkan Sapardi. Tak lama mobil ambulan datang. Sapardi menemani sang istri menuju RSUD terdekat

Sesampainya disana Aminah dibawa ke ruang ICU. Di ruang tunggu Sapardi hanya bisa berdoa kepada Allah semoga Istrinya baik – baik saja dan segera sembuh.

Setelah Sapardi berdoa hampir 2 Jam, suster menghampiri Sapardi dan bilang bahwa istrinya terkena Covid dan nyawanya nyaris tak bisa disembuhkan. Mulut Sapardi melebar, matanya membelalak dilengkapi air mata. “Selamatkan Istri saya suster, dia adalah wanita yang baik. Dengan nyawa saya menjadi taruhan juga tidak apa – apa. Lalu suster menjawab “Kami akan melakukan semaksimal mungkin” dan pergi

Di dalam hati Sapardi berkata “Rakyat Kecil tapi tertimpa masalah besar. Seharusnya ini hanya terjadi pada kaum atas saja. Kau tidak adil Tuhan. Aku saja tidak pernah meninggalkan kewajibanku. Kurang apa aku padamu Tuhan?!. Apakah aku harus naik Haji dahulu agar bisa menjadi hambamu? Kalau iya mengapa kau mentakdirkanku miskin?? Apa aku tidak pantas menjadi hambamu? Apakah aku masih pantas menyebutmu Tuhan???

Sapardi pulang dengan rasa kecewa dan amarah yang menggebu – gebu. Tidak ada sholat, tidak ada dzikir seperti biasanya. Rumah Sapardi taka ada cahaya menjadikan Sapardi yang hampa, tak bernyawa seperti mayat berjalan

Keesokannya Sapardi menjenguk Istrinya dan saat dia baru datang nyawa sang Istri telah dicabut. 3 jam lagi Almarhum Aminah akan di kubur di kuburan Covid. Sapardi tak berkutik karena dilarang ikut memakamkan istrinya. Sapardi berjalanpulang seperti mayat berjalan…lagi

Sapardi pulang dari RSUD. Ditengah perjalanan dia melihat masjid. Dia menatap begitu lama Masjid yang sepi walau sudah Adzan. Dia berniat mengisi Masjid yang kosong itu karena kasihan masjidnya sepi. “Spertinya Tuhan membutuhkanku” Kata Sapardi. Sapardi sholat berjamaah dan pikirannya masih tak kunjung jernih. Dia berdzikir, barangkali Tuhan membalas dzikirnya dengan kabar baik

Lalu Sesosok berjubah putih misterius menghampiri dirinya. Dan berkata

“Seharusnya kau tidak menyalahkan Allah. Allah iu Maha benar Maha Sempurna. Yang salah hanyalah jalan pikirmu yang terlalu negatif. Naskah Drama yang dibuat-Nya lebih indah daripada buatan hambanya yang bukan Maha Mengetahui. Hidup akan lebih bahagia dengan bersyukur dan mengingat dia. Allah tidak membutuhkanmu. Kau tidak ada pun dia tetap Maha Sempurna. Justru engkaulah yang membutuhkannya. Tarik nafas dalam – dalam dan nikmatilah kehidupan”

Setelah itu Sapardi termenung. Membuka hati dan pikirannya dengan tarikan nafas yang dalam. Kehidupan Sapardi lebih berwarna. Hati Sapardi sangat nyaman dan memancarkan energi Positif. Sejak kapan langit sebiru ini dan nyanyian burung sering terdengar di telinga. Kondisi yang seperti ini tidak menggentarkan Hati dan Pikiran. Kini Sapardi menjadi seorang yang damai. Menjadi seorang yang benar benar Merdeka

Comments

Popular posts from this blog

JADWAL DAN BAGAN PERTANDINGAN 3X3 COMPETITION

17AN DOELANAN

INIVTASI BASKET SMADA & DOEA 3X3 BASKETBALL COMPETITION 2019