CERPEN KARYA RISNADIA PUTRI HANNASE (XI MIPA 1)
The Freedom of Covid-19
Dddrrtt dddrrtt...
Terdengar bunyi getar ponsel milik Alfin yang ia taruh di atasmeja belajarnya. Alfin masih tertidur lelap hingga mengabaikanbunyi bising itu beramai-ramai seisi ruangan. Kini jam pintarmenunjukkan Pukul 11.30 dan Alfin masih terbaring nyaman di ranjang kamarnya. Bunyi bising itu terdengar kembali, hinggamembuat benda-benda di atas meja belajarnya berjatuhan. Alfin terbangun dari perjalanan panjangnya dan masih mengumpulkannyawanya untuk menyadarkan dirinya. Lalu Alfin beranjak daritempat tidurnya, melangkahkan kakinya hingga duduk di kursibelajarnya. Ia raih sebuah ponsel pintar bising itu yang ada di atasmeja belajarnya.
"Fin, kelas daringnya udah mulai nih? Kok gue lihat, lo gak ada? Apa lu sakit Fin? Ntar, gua yang izinin waktu absen."
Sontak Alfin kaget mendengar ucapan temannya di telfon, Alan. Ia baru sadar bahwa ia ada kelas daring hari ini.
"Enggak Lan, gua gak sakit. Gua dari bangun tidur. Terimakasihya Lan, lo udah telfon gua. Kalau lo tadi gak telfon, mungkin guaudah kena poin hari ini." Jawab Alfin terbata-bata karena masihlemas dari bangun tidurnya.
"Alhamdulillah Fin, sama-sama. Jaga kesehatan Fin! jangantidur kesiangan, gak baik. Gua tutup telfonya ya. Cepet join gihlo, ntar keburu absen."
Tut...
Setelah telfon dimatikan olehnya, Alfin langsung bersiap-siap mengikuti kelas daring dengan membuka laptop dan join darilink zoom yang telah dibagi oleh ketua kelasnya di grub kelas. Setelah join, ia langsung ke kamar mandi untuk menggantibajunya dengan seragam. Ketika namanya dipanggil oleh gurunya, Alfin langsung duduk kembali ke meja belajarnya dan absen. Pembelajaran pun telah dimulai. Kini suasana kamar Alfin menjadi ramai karena kelas daring yang bersuara. Mendengar jam dinding berdetak, membuat waktu memutar kian mendekat. Suara kelas mulai menurun menunjukkan kelas daring Alfin telahselesai.
Alfin dengan cepatnya, membereskan buku-buku dan laptopnya karena kelas daring telah selesai. Setelah membereskansemuanya, Alfin berjalan menuju tempat tidurnya dan berbaringuntuk istirahat. Di baringannya, Alfin berpikir dalam batinnya"Kapan Pandemi ini cepat usai? Kangen banget rasanya suasanakelas yang dulu ramai di sekolah. Belajar bareng dengan guru secara tatap muka, istirahat ke kantin bareng dengan teman, dan mengikuti ekskul basket di sekolah. Tapi, penyakit Covid-19 inibenar-benar bahaya. Kalau nggak menuruti prokes kesehatan ya, mungkin aku bisa jadi salah satunya. Semoga saja, bumiku inicepat lekas sembuh."
Ia terus-menerus berpikir tentang pandemi yang takberkunjung punah. Ia ingin belajar dengan tenang di sekolahseperti dulu yang pernah ia rasakan. Kini ia hanya dapatmenerimanya dan tetap mematuhi apa yang telah di perintahkanoleh pemerintah.
"Alfin, Kemari nak!"
Alfin kembali sadar dari lamunannya. Mendengar suaraibunya, Alfin langsung berdiri dan keluar kamar untukmenghampiri ibunya.
"Nak, kamu belum makan sedari tadi pagi. Ibu tahu kamu ikutkelas daring, jadi ibu ingin masak sesuatu. Tolong belikan ibudaging ayam 2 kg di pasar dan buah melinjo di Transmart ya. Uangnya ibu taruh di atas meja makan tuh."
"Iya bu, siap laksanakan. Ibu memang paling yang ku sayang di bumi ini. Terimakasih bu."
"Iya, iya. Hati-hati nak, jangan lupa pakai masker dan cuci tangandulu!"
"Siap, bu."
Alfin dengan sigap mengambil sepedanya dan langsungkeluar rumah. Seperti biasa di perjalanan, jalanan menjadi sepi. Tak ramai orang keluar rumah dan para pedagang kaki lima pun, kini hanya tinggal seberapa. Perjalanan Alfin seperti diterkambencana besar yang membuat seisinya hancur tanpa tersisa.
Tak lama kemudian, Alfin tiba di Transmart. Masuk area Transmart, Alfin sangat senang. Banyak orang dan staf-stafnyayang sangat patuh dalam melaksanakan prokes untuk menjagakesehatan bersama-sama. Sepanjang Alfin berjalan, Alfin sampaiditempat buah-buahan yang mana tampak terlihat segar semuanya. Setelah mengambil buah melinjo dan membayarnya ke kasir, Alfin keluar menuju tempat parkir dan langsung pergi menujupasar. Setibanya di pasar, Alfin sangat kecewa. Banyak para pedagang dan para remaja yang seumuran dengannya tidakmematuhi prokes kesehatan untuk menjaga kesehatan bersama, salah satunya tidak memakai masker. Alfin tidak tahu, apapenyebabnya hingga mereka menghiraukan prokes untuk menjagakesehatan pribadi dan orang disekitarnya. Alfin mencoba datangke salah satu pedagang yang menjual daging ayam. Ia sangat ingintahu, penyebab orang tersebut tidak memakai masker.
"Pak, saya ingin beli dagingnya 2 kg."
"Siap dek!"
"Oiya pak, menurut bapak, bagaimana dengan kondisi Pandemisaat ini dengan dagangan bapak?"
"Wah, parah dek. Banyak pelanggan yang gak pernah datang. Padahal ya, Corona itu kayak bohongan gitu. Bapak walau jarangpakai masker, gak pernah kena sama penyakit itu. Orang-orang disekitar juga banyak yang gak percaya sama penyakit itu. Ya, Walau pandemi ini membuat pelanggan yang datang hanyaseberapa, bapak tetep jualan dek, untuk memenuhi kebutuhankeluarga di rumah. Kalau nggak jualan, ya keluarga bapak maumakan apa?"
Alfin kaget mendengar pendapat bapak tersebut mengenaipenyakit Corona. Sekarang ia tahu, penyebab warga sekitarbanyak yang tidak memakai masker.
"Iya, pak. Ekonomi jadi banyak yang turun. Saya sangat dukungbapak karena bapak tetap semangat dalam kondisi yang seperti ini. Semoga bapak tetap sehat selalu dan diberi kelancaran sekeluarga, Aaamiiin."
"Aaamiiin, Terimakasih dek. Semoga pandeminya segeraberakhir."
Selesai Alfin bercakap panjang dengan bapak tersebut, Alfin segera membayar dan langsung pulang. Di perjalanan pulang, Alfin sangat kecewa dengan ucapan bapak tersebut. Ia terusmemikirkan dampak-dampak dari pandemi yang membuatmasyarakat menjadi resah. Pikiran Alfin menjadi terhiraukankarena melihat sosok pedagang kaki lima yang sedang duduk diam di dagangannya. Alfin menghampirinya dan berniat untukmembelinya.
"Pak, saya beli 1 bungkus ciloknya ya."
"Siap dek!"
Alfin bertanya-tanya pada dirinya. Alasan bapak tersebuttetap mematuhi prokes walau tidak banyak pengunjung yang membelinya.
"Pak maaf mau tanya, alasan bapak tetap mematuhi prokes itukenapa ya pak?."
"Saya tetap mematuhi prokes ya karena saya sendiri dan keluargasaya dek. Bukan hanya keluarga saja, saya tetap mematuhi prokesya agar para pembeli lebih berminat membeli dagangan saya dek. Kondisi yang seperti ini kita juga harus antisipasi diri. Covid inibenar adanya dek, kalau kita nggak antisipasi ya saya juga bisakena. Apalagi di rumah saya ada ibu saya yang sudah lansia, jadisaya harus tetap menjaga agar semuanya tetap terlindungi."
"Iya benar pak, seharusnya semua warga harus seperti bapak. Kalau masalah ekonomi perdagangan bapak sendiri bagaimanapak?"
"Untuk ekonomi, memang benar tidak seperti biasanya, tapi jika tetap menjaga prokesnya seperti memakai masker dan sedia hallainnya, ya banyak pembeli yang bakal datang ke kita. Logikanyakita itu seperti bersaing dengan mall-mall besar. Kalau kita nggakpakai masker ya kita bakal gagal bersaing dengan mall-mall besaritu, dengan kondisi yang seperti ini. Kalau kita tetap memakaimasker, pasti pembeli bakal membeli dagangan kita dek."
Hati Alfin sangat terenyuh mendengar ucapan bapak tersebut. Rasanya Alfin ingin menangis dihadapannya. Masih ada beberapaorang yang menganggap pandemi ini benar adanya. Walau adabeberapa orang yang menyepelekannya, tetapi masih ada orang yang sadar akan sadisnya penyakit Covid-19 ini.
Lama berbincang dengan bapak tersebut, Alfin langsungkembali ke rumahnya dengan menceritakan semua kejadian yang dilihatnya kepada ibunya. Alfin kini tahu, sebab pandemi inibelum berakhir. Banyak pemikiran masyarakat Indonesia yang masih belum merdeka adalah penyebab utamanya. Walau hanyabeberapa warga yang sadar, tetapi jika bukan dari diri kita sendiriyang mengubahnya. Semuanya akan nampak sia-sia. Sebelumpenyakit menyebarluaskan bobotnya, mari ubah mindset kitamenjadi mindset seorang dokter yang mampu mengubah negara kita menjadi negara yang merdeka.
Comments
Post a Comment