CERPEN KARYA RATNA AYU (XI IPS 4)

 AKU, HARAPAN, DAN PANDEMI

     Hai, aku Alina, Aku mengira bahwa di masa pandemi seperti ini, aku tidak akan bisa lagi berkarya, Tapi ternyata Tuhan masih memberi kesempatan untuk berkarya. Aku mengira bahwa di masa pandemi ini akan menjadi manusia yang berhenti produktif, tapi ternyata banyak hal yang bisa kulakukan di setiap harinya. Mungkin tidak sebebas seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, dari masa pandemi inilah kita banyak belajar. 

   Setiap hari aku selalu memulai hari dengan sekolah online dan juga mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guruSetelah waktunya sudah habis, lanjut bersantai sejenak dan memikirkan apa yang selanjutnya akan kulakukan. Terkadang banyak sekali hal yang ingin dilakukan tetpi terhalang oleh rasa malas. Membuat sebuah karya di waktu luang adalah sebuah kebahagiaan. Seperti membuat puisi, menulis naskah drama, dan mengcover lagu. Bahkan saat hari libur tiba, aku berjalan kaki untuk mengelilingi komplek ditemani oleh pancaran sinar matahari pagi yang sehat untuk tubuh. Ya, kegiatan itu membuatku merasa sangat senang dan juga tenang. Menikmati segarnya udara pagi, melihat beberapa orang yang berjalan juga, dan ada juga yang sedang berolahraga. Sambil mengucapkan dari dalam hati :”Terima kasih Tuhan engkau masih memberiku kesehatan di masa pandemi ini, semoga pandemi ini segera berlalu. Aminn”.

      Terkadang di setiap pagi sebelum memulai sekolah online, aku selalu berolahraga dan berjemur. Katanya, berolahraga dan berjemur saat masa pandemi ini sangat penting untuk keshatan tubuh kita dan menambah imunitas. Perasaan senang menjadi alasan terpenting untuk masa pandemi saat ini, agar tidak mudah stress dan jatuh sakit. Mendengarkan berita berita baik juga bisa menambah imunitas. 

     Sumber kebahagiannku adalah ketika sedang menulis puisi, menulia naskah drama, dan mengcover lagu. Sehingga jika ada waktu luang aku mencari informasi tentang lomba kesenian di instagram, kebanyakan lomba di masa seperti ini hanya mengumpulkan karya lewat website yang tersedia atau bisa juga lewat youtube. Hal itu tentu tidak membuatku menyerah untuk mencari ajang perlombaan kesenian. Satu minggu berlalu, akhirnya aku menemukan informasi lomba puisi dan aku mendaftarnya pada hari itu juga. Aku sangat senang karena, ternyata masih ada kesempatan berkarya meskipun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Aku membagi waktuku antara sekolah online dengan membuat video lomba puisi. Aku berusaha maksimal agar bisa menunjukan karyaku pada orang lain dengan baik. Inspirasi bisa ku dapatkan dari beberapa kegiatan. Misalnya, sedang bersih-bersih, mengerjakan tugas, sedang membantu ibu, dan juga ketika sedang berjemur. Kegiatan inilah yang membuat aku menjadi lebih produktif saat dirumah saja, tidak merasa gabut ataupun malas.

     Suatu hari, ketika aku sedang mengumpulkan karyaku pada panitia lomba, aku mendapat informasi bahwa pemenang akan diundang untuk datang menjadi bintang tamu podcast mereka. Akupun berdoa agar bisa menjadi pemenang dan menjadi bintang tamu podcast mereka. Sejak hari itu seluruh tubuhku gemetar dan tugas sekolah online tidak aku kerjakan, karena aku terlalu sibuk untuk memikirkan lomba puisi tersebut. Berhari-hari tidak ada kabar apapun dari panitia lomba, sehingga membuat aku menyerah dan malas untuk mengikuti materi sekolah online.

    Setelah tiga minggu kemudian, aku mendapat kabar dari panitia lomba tersebut. Bahwa, aku tidak lolos dengan kata lain tidak menang, dan yang menang pun tidak menjadi bintang tamu pada podcast mereka dikarenakan jumlah penyebaran COVID-19 yang semakin tinggi. Aku sedih dan menangis setelah melihat kabar itu. Aku terbayang-bayang akan semua proses untuk dapat mengikuti lomba tersebut sangatlah panjang hingga mengorbankan materi dan tugas dari sekolah online. Harapanku untuk menjadi pemenang telah pupus, aku mengira bahwa karyaku sudah layak untuk dilihat semua orang. Sebenarnya, semua karya dapat dinilai karena setiap karya memiliki keindahan dan keunikan masing-masing. Lomba sudah tidak ada harapan, nilai mata pelajaran menurun drastis hingga dipanggil oleh guru BK. Padahal aku sudah membagi waktuku dengan maksmimal. Apakah ini yang dinamakan kurang beruntung?.

   Semenjak kejadian itu, aku berhenti mencari informasi tentang lomba kesenian. Aku memiliki tumpukan tugas yang banyak, sehingga aku sebagai seorang siswa bertanggung jawab mengerjakannya sampai selesai. Yang ku pikirkan hanya nilai, nilai dan nilai. Agar ketika aku lulus dari sekolah mendapat kriteria siswa terbaik dan bisa membanggakan orang tuaku. Tidur malam adalah hobiku, bangun pagi adalah kebiasaanku ketika sedang fokus mengerjakan tugas dari Bapak/Ibu guru. Hari-hariku dipenuhi oleh lembaran kertas yang berisi jawaban beserta tinta hitam didalamnya. Membaca materi adalah sarapan pagiku ditemani suara-suara burung pagi hari dan matahari pagi. Ketika aku merasa malas, aku selalu teringat bahwa aku pernah gagal. Aku belajar dari kegagalan itu agar tidak terulang lagi. Rindu akan sekolah offline, berjumpa dengan Bapak/Ibu guru, berjumpa dengan teman-teman, melaksanakan upacara, mengadakan lomba di sekolah, kini berputar di kepalaku. Betapa indahnya sekolah dalam keadaan tidak sedang pandemi. Jika ada yang mengalami kegagalan, ada yang saling menguatkan satu sama lain. Rasa sedih masih sangat teringat, namun aku tetap harus memperbaiki semuanya. 

   Suatu hari disaat aku sedang berjalan berkeliling komplek, ada seseorang yang datang menghampiriku dan bertannya tentang kesibukanku. Lalu, aku menjawab :”aku sedang sibuk sekolah online, dan sibuk dengan tugas-tugasnya”. Seseorang itu menjawab :”hah? Bukannya sekolah zaman sekarang sudah tidak ada artinya lagi ya? Lagipula siswa zaman sekarang tidak dapat dilihat, mana yang pintar dan mana yang bodoh, jadi buat apa susah susah tetap mengerjakan tugas” seketika aku terdiam, yag tegerak adalah jiwaku untuk terus semangat belajar dan menggapai cita-cita, tidak peduli apa yang mereka katakan, yang terpenting aku sedang melakukan hal yang benar. Panggilan guru BK yang kemarin-kemarin akan kujadikan pelajaran dan kata-kata seseorang yang menghampiriku akan kujadikan sebagai energi agar tetap semangat belajar.

   Setelah usai semua mengerjakan tugas-tugas dari Bapak/Ibu Guru, tiba-tiba aku mendapat email dari orang luar negeri. Aku terkejut karena itu orang asing dan tidak tahu asal-usulnya darimana. Setelah aku membuka email tersebut, aku dikejutkan lebih lebih dua kali lipat, karena orang itu adalah salah satu panitia di event “London International Poetrymereka mengundangku perwakilan dari Indonesia untuk bergabung di acara mereka, aku merasa sangat senang karena, kegagalan pada waktu itu ada gantinya yang lebih baik. Aku sangat tekun dan bersemangat dalam membuat puisi untuk acara itu dan tidak melupakan kewajibanku sebagai seorang pelajar.

  Dan alhasil aku berhasil mendapat penghargaan juara 1 dari Indonesia, juga nilai mata pelajaranku naik drastis setelah aku rajin belajar, dan mengerjakan tugas. Aku merasa sangat bangga pada diriku sendiri. Ini adalah sebuah keberuntungan. SEMANGAT!

 

Comments

Popular posts from this blog

JADWAL DAN BAGAN PERTANDINGAN 3X3 COMPETITION

17AN DOELANAN

INIVTASI BASKET SMADA & DOEA 3X3 BASKETBALL COMPETITION 2019