CERPEN KARYA NABIILAH ALFI KHAIRUNNISA' (X BAHASA)

  M E R D E K A U N T U K K E D U A K A L I N YA

TRINGG...

Alarm berbunyi, jam dinding tepat pukul lima pagi memperlihatkan rumah masih terlalu sepi, tentu waktu yang tepat bergegas ke kamar mandi, langkah kutempuh dengan perlahan memastikan tidak ada nenek lampir. “Gue duluan, minggir” Teriaknya sambil berlari ke dalam kamar mandi. “He nenek lampir kan gue dulu yang turun curang banget sih” Keluhku tak terima.

Memang setiap pagi bisa dibilang mengawalinya dengan berdebat berebut kamar mandi, ini wajar sering terjadi antara kakak-beradik, setelah selesai bersiap siap langkahku langsung tertuju ke meja makan hari ini nasi goreng spesial dengan telur mata sapi buatan bunda tersayang “sudah siap anak bunda ayo langsung sarapan ya takut terlambat, keburu abang GOJEK datang” Pinta bunda. “siap Bun”. Ya memang di kelas sepuluh ini aku tetap seperti biasa berangkat menggunakan jasa ojek online atau berangkat bareng papa, hari ini papa tidak ada di rumah melainkan berada di Rumah sakit Harapan Surabaya, tentunya untuk bekerja, papa adalah seorang dokter beliau juga hero bagi keluarga, hari ini ada pasien gawat darurat yang harus ditangani membuat papa tidak jadi pulang.

Oh iya kita belum kenalan, kenalin nama Edrea leta lavanya dipanggil Anya Anaknya suka olahraga tapi bercanda, lebih tepatnya gak pernah olahraga bisa dibilang paling pintar di sekolah kali ini beneran mungkin aku sedikit ambisi terhadap pendidikan selalu ingin menjadi pemenang tapi inilah aku, tinggal bersama kedua orang tua juga satu musuh bebuyutan iya si nenek lampir nama Nesya HeeradipanggilHeerasangat terbalik dengan diriku dia sangat ahli dalam bidang olahraga bahkan selalu mendapatkan piala setiap upacara di sekolah, kita berdua selalu disebut aset sekolah karena setiap lomba pasti kita menang aku yang menggunakan otak dan dia fisiknya serasi bukan, apa ini keturunan dari kedua orang tua kita, iya dulu bunda mantan atlet renang yang mengharumkan negara dalam ajang Asian Games 1999 jika papa sendiri terbukti sudah beliau kini menjadi seorang dokter yang sangat handal.

Hari ini tepatnya hari senin bagiku ini hari yang cukup padat hari dimana ulangan harian pertama dilaksanakan jadwal pertama matematika kedua bahasa Indonesia cukup padat bukan, lonceng sekolah yang menandakan istirahat kini telah tiba, terdengar suara yang sangat nyaring di kelas sebelah apa ada masalah, dengan penasaran aku berjalan dan bertanya ada apa “guys kalian tau gak ada virus mematikan di Wuhan Cina katanya sih sejenis flu gitu” teriak salah satu siswa. “Dan parahnya lagi Indonesia juga udah ada yang terpapar virus, daerah depok” Sambung anak yang sedang tampak membaca berita di HP “Mana liat, astaga kenapa bisa secepat ini kemungkinan kita sementara harus dirumah deh karena virus ini menular dan cukup mematikan” ujarku.

Mendengar kabar yang sangat menggemparkan Indonesia bahkan juga dunia cukup membuat keluargaku terutama papa yang khawatir akan hal ini, masalah yang mungkin akan menjadi


 sebuah awal perang dimulai, virus yang cukup mematikan bahkan dapat merenggut nyawa tidak bisa dibiarkan kini dunia tengah berduka ribuan bahkan jutaan nyawa lenyap begitu saja ini tidaklah mudah tetapi jika kita mau untuk berusaha bersama dan saling menjaga semua pasti akan dilancarkan.

Saat pulang dari sekolah ternyata papa sudah ada di rumah tetapi anehnya ini terlihat papa berpakaian rapi membawa koper besar dengan masker yang digunakan ada apa gerangan rumah terasa sunyi bagai tidak ada topik yang dibicarakan wajah kedua orang tuaku yang tampak murung tak seperti biasanya kakakku yang sudah pulang terlebih dahulu menatapku dengan pandangan kosong satu pertanyaan lolos dari bibirku yang sedikit bergetar ragu “Papa mau kemana?” “Anya Mungkin papa bakalan lama di rumah sakit ada banyak pasien yang butuhin bantuan papa jadi Anya baik-baik disekolah maaf papa nggak bisa anter jemput kamu, tapi papa janji bakalan pulang secepatnya biar bisa bareng-bareng kamu, kakak, sama bunda ini udah kewajiban papa nak jadi harus papa lakukan” Jawab papa tanpa ragu. “Anyataupa, pasti ini karena virus itu kan kenapa harus papa kan masih banyak dokter yang lain, virus itu bahaya bahkan bisa merenggut nyawa Anya gak mau papa kerumah sakit, takut papa tertular juga pokoknya papa harus tetap dirumah” Bantahku yang khawatir. Tampaknya papa yang mendengar perkataanku tadi kini sedang berjalan keluar rumah tanpa sepatah dua kata meninggalkanku yang sudah berkaca kaca tetes air mata sudah tak terbendung kan suasana sedih yang mendalam tapi kita hanya bisa pasrah iya itu sudah kewajiban dokter untuk merawat orang yang sedang sakit, tetapi kali ini berbeda penyakit yang bisa menular kapan saja hanya lewat udara lalu singgah dan merenggut nyawa untuk mengobatinya juga sangat susah bahkan obatnya masih belum ditemukan wajar saja bukan jika kita sebagai keluarganya cemas.

Seorang dokter yang sudah disumpah tidak akan melanggar, meskipun itu untuk keluarga tercintanya.

Hari dimana sudah satu minggu lamanya papa dirumah sakit tanpa adanya kabar sama sekali kini kakakku yang tengah sangat sibuk dengan pakaiannya untuk dimasukkan kedalam koper kebanggaannya itu, iya sampai diberikan nama khusus koper yang selalu dibawa saat dia akan pergi lomba, di Indonesia masih belum dilaksanakan protokol kesehatan dan himbauan stay at home sekolah masih dibuka kita masih menjalankan aktivitas semestinya yang terpapar virus masih daerah Depok dan pasien terhitung masih ada satu, di Surabaya sendiri masih seperti biasa bahkan lomba pun juga masih dilaksanakan, papa pergi cukup lama bahkan tidak ada kabar.

Disisi lain keadaan papa di Rumah Sakit Citra Depok, “siang Pak, pasien merasakan susah untuk bernafas juga indra penciuman nya sudah tidak berfungsi” jelas seorang suster yang merawat pasien corona. “siapkan beberapa oksigen, suntikan vitamin kita tunggu reaksinya”Pinta dokter Tio, iya nama papa Bambang Tio Ismail dipanggil pak Tio. Hari demi hari keadaan rumah sakit tampak tidak kondusif karena ternyata sudah banyak pasien yang tertular virus salah satunya dari keluarga pasien sebelumnya beberapa dokter ahli di panggil untuk datang dan membantu papa dalam menangani bencana ini rumah sakit dikosongkan sementara pasien yang menderita penyakit lainnya dipindahkan, yang berada di Rumah Sakit


 Citra Depok hanya penderita virus corona saja, kini bahkan papa tidak bisa memejamkan matanya sesaat cukup banyak nyawa yang sedang dalam bahaya tangis dan rasa kecewa mengukir di wajah keluarga pasien corona yang sudah tiada, sejenak papa membayangkan jika dirinyalah yang berada di posisi keluarga itu betapa sakitnya ditinggalkan begitu saja oleh orang yang tersayang.

Keinginan untuk tetap bersama, tetapi takdirlah yang menentukan segalanya.

Berita kini mengabarkan bahwa sudah ada korban yang dinyatakan meninggal dan melonjaknya penularan covid-19 dan diberitahukan untuk tetap dirumah menggunakan masker jika berada diluar, himbauan ini berlaku untuk seluruh masyarakat Indonesia, untuk sekolah tentu dialihkan dirumah masing-masing selama keadaan sampai terbilang kondusif siswa-siswi belajar daring dirumah. Tetapi ada kekhawatiran yang melanda bunda tentunya semakin merisaukan papa yang di Depok juga kakakku yang kini sudah berada di luar kota melaksanakan lomba lari jarak jauh antar sekolah yang dilakukan di daerah Bandung Jawa Barat “aduh dek, gimana keadaan papa disana ya udah satu minggu gak ada kabar, kakakmu juga kenapa maksain buat ikutan lomba udah tahu kayak gini keadaannya bunda takut ada apa-apa sama mereka” rintih bunda. “tenang ajah bun, aku yakin kakak sama papa bakalan baik-baik saja disana mereka itu kuat kita sekarang berdoa untuk keselamatan papa dan kakak”

Kakak sendiri sudah sampai di tempat singgah para peserta lomba tentunya lomba dibatalkan tetapi tidak memperbolehkan untuk kembali pulang demi keselamatan juga “mohon maaf lomba untuk kesempatan kali ini dibatalkan kabar dari pemerintah yang mengharuskan kita untuk tetap di tempat kediaman karena kalian semua sudah terlanjur berada di sini jadi saya harap kalian jaga diri jika sudah diperbolehkan untuk keluar kita akan kabari kembali tetap dikamar masing-masing terimakasih” Perintah salah satu panitia lomba. Kakakku yang awalnya sudah bersemangat akan lomba kali ini sekarang hanya bisa meratapi nasib.

Rencana yang awalnya indah, kegiatan yang akan dilakukan tak terlaksana hal yang tertunda karena musibah yang tiba-tiba melanda.

Di Rumah Sakit Citra Depok terdengar ricuh ambulan yang datang bergantian semakin banyaknya pasien yang tertular virus mematikan ini, papa kini telah menangani salah satu pasien yang menderita serangan paru-paru yang disebabkan virus tentunya perawatan yang berjalan selama 3 jam tidaklah mulus dan disayangkan kini pasien menghembuskan nafas terakhir korban dibungkus dengan kain kafan dan dimasukkan peti rapat tangis keluarga tak Terima akan hal ini ingin membawa jasad itu ke rumah dan mengurus pemakaman sendiri tetapi yang perlu diketahui jasad pasien corona dilarang dibawa pulang untuk mencegah penularan, ini sudah keputusan yang harus diterima.

Sudah dua bulan, kini izin pulang bagi siswa-siswi yangtidak jadi mengikuti lomba di Bandung sudah diperbolehkan pulang kakak naik di bis kedua Saat di tengah perjalanan salah satu siswa muntah dan mengharuskan berhenti di POM bensin kakakku pun ikut keluar karena ingin buang air kecil setelah diberi izin keluarlah mereka berdua selesai buang air


 kecil kakak ingin mencuci tangannya di wastafel di samping terlihat ada wanita yang masih muda tengah kesusahan bernafas dengan cepat kakak membantunya “uhuk..uhuk..uhuk” “mbak kenapa sakit ya mau dibawa ke dokter nggak?” tanya kakakku sambil membantunya berdiri. Tiba-tiba orang itu pingsan saat dicek nafasnya sudah tidak ada kakakku langsung mengabari papa karena ingin meminta saran dan bantuan “ halo Pa, ini kakak lagi ada di kamar mandi POM bensin, terus liat ada perempuan batuk-batuk susah bernafas gitu, pas kakak bantu dia buat berdiri malah pingsan dan pas aku cek nafasnya udah gak ada gimanapa?” “apa kok bisa, kamu pakai masker kan sekarang, langsung cuci tangan jauhin orang itu kamu telfon ambulan secepatnya” “kakak lagi di kamar mandi Pa, jadi maskernya aku lepas” “sekarang kamu ada di POM bensin mana papa samperin”. Tak butuh waktu lama ambulan datang terlihat para dokter menggunakan baju yang tampak seperti astronot itu menghampiriku dan membawaku bersama jasad orang tadi, sampai di rumah sakit tubuhku dibaringkan di ranjang sedangkan orang tadi dibawa di ruang mayat papa menghampiriku dengan pakaian APD lengkap saat di cek oleh Papa benar saja aku tertular virus itu. “sayang kamu harus kuat ya jangan sedih kamu pasti sembuh papa bakalan jagain kamu dua puluh empat jam pokoknya kamu harus sembuh” Kata papa sambil berusaha menghiburku.

Rasa begitu sakit sedih tetapi harus terlihat tetap tenanghal yang sangat menyiksa.

Kabar ini terdengar oleh bunda beberapa jam setelah kabar ini tiba bunda tidak tinggal diam, pergi ke Rumah Sakit adalah jalan keluar tanpa izin dari papa aku dan bunda pergi menuju rumah sakit saat tiba disana terlihat papa menangis tak karuan mengacak-acak rambutnya di depan ruangan kamar rumah sakit teriakan Papa yang begitu keras masuk ke telinga kita “Heera kenapa kamu ninggalin papa, kamu udah janji bakalan sembuh tapi kenapa gak mau bertahan lebih lama papa udahbeliin coklat kesukaan kamu tadi masak gak mau nunggu bentar ajah” teriak Papaku sambil menangis tak terima. Mendengar itu bunda dan aku berlari dan melihat kini kakak sudah dibungkus kain kafan dan mau dimasukkan ke dalam peti “Heera bunda sayang kamu nak, ayo kembali ke pelukan bunda lagi nanti kita bisa lomba berenang dan kamu yang jadi pemenangnya bunda yakin kamu bisa kalahin bunda sekarang bangun bunda gak mau kehilangan kamu sayang” ucap bunda yang tak bisa menahan air matanya dari di perjalanan tadi. “ kak, kakak kok ninggalinAnyasihh terus nanti yang pake kamar mandi duluan siapa, yang bantuin Anya praktek olahraga siapa, kenapa secepat ini kakak ninggalin kita semua” rengekku tak terima akan hal ini.

Terpukul, merasa tak bedanya, tetapi juga harus menerima kenyataan meski pahit dan masih tak percaya.

Delapan bulan kini sudah terlewatkan, tampaknya corona masih saja berada di Indonesia, pelajaran sekolah dilakukan di rumah, lewat aplikasi zoom kita berinteraksi bersama, kesibukan kini hanya pada tugas-tugas yang diberikan guru di sekolah, rasa bosan pasti ada tetapi kita juga harus bisa memakluminya melihat keadaan di Indonesia yang masih terdapat virus menular. Suatu hari papa memberitahu jika ada proyek yang kini tengah dijalankan yaitu membuat vaksin untuk masyarakat Indonesia agar terhindar dari virus corona, papa cukup sibuk beliau ingin bisa mengembalikan Indonesia kembali seperti dahulu melenyapkan virus mematikan yang tengah melanda, banyaknya pasien yang sudah sembuh menjadi


 kebahagiaan tersendiri untuk para dokter yang menangani, juga ikut terpukul jika pasien gagal mempertahankan diri begitulah yang dialami seorang dokter yang kini menjelma sebagai pahlawan dunia.

Dalam masa pandemi ini kita masih bisa produktif bahkan kemarin aku mengikuti lomba

Olimpiade matematika antar provinsi dan menjadi pemenang, hanya karena adanya virus yang melanda bukan berarti menutup kemungkinan kita untuk tetap produktif dalam segala hal, sangat disayangkan jika kita tidak mengasah kemampuan kita justru inilah kesempatan agar kita bisa terfokus terhadap cita-cita yang diinginkan, juga melakukan kegiatan positif lainnya seperti ikut berdonasi, membantu warga yang kesusahan, dan membantu pasien corona untuk tetap semangat dalam hidup agar bisa sembuh.

Di Rumah Sakit Citra Depok kini sudah memproduksi kurang lebih 1000 botol vaksin yang siap untuk di suntikan kepada masyarakat, Papa yang berhasil membuat vaksin ini langsung mengabari pemerintah dan meminta izin untuk menyalurkannya kepada masyarakat Indonesia, setelah diberi izin vaksin pertama disuntikkan di beberapa pekerja kantoran di dekat rumah sakit setelah semua sudah mendapatkan vaksin papa langsung pulang untuk istirahat sejenak, tetapi tiba-tiba ada kabar buruk datang dari salah satu pekerja kantoran yang tadi pagi divaksin mengatakan temannya tewas tak bernyawa lantas berita ini pun masuk ke televisi dan menyebabkan rumor buruk tentang vaksin, padahal vaksin itu dibuat penuh kerja keras dan sudah lolos uji coba, ternyata memang pekerja yang meninggal memiliki penyakit bawaan yang mengakibatkan tubuhnya tidak bisa bertahan ini sebuah kesalahan orang itu sendiri karena tidak mengatakan jika memiliki penyakit bawaan, hal ini menjadi masalah baru lagi karena setelah kejadian itu masyarakat enggan untuk mendapatkan vaksin.

Masyarakat memang labil menganggap omongan orang lain itu benar tanpa melihat kenyataan, apa yang dilakukan seorang dokter itu sudah benar tetapi ada saja yang membuat salah paham keadaan, tidak mungkin ada dokter yang justru membuat nyawa seseorang sebagai taruhan atau permainan dari dulu tugas dokter adalah menyelamatkan pasiennya, vaksin dibuat untuk obat agar terhindar dari virus corona membuatnya sendiri butuh waktu yang cukup lama pengorbanan waktu dan kerja keras hanya untuk mewujudkan Indonesia kembali semula tetapi mengapa warganya tidak mau untuk diajak kerjasama.

Jadilah warga yang open minded atau berpikir terbuka supaya bisa menuju Indonesia kembali merdeka.

Kini sudah satu tahun lamanya Indonesia dijajah oleh penyakit virus mematikan yang mungkin akan diperpanjang lagi karena terhentinya penyebaran vaksin, sudah banyak kenangan yang mungkin tidak berkesan, rindunya suasana seperti biasa dimana kita melakukan seluruh aktivitas bebas tanpa terhalang oleh keadaan pandemi ini. Jujur saja keinginan untuk kembali ke masa lalu yang sangat indah itu selalu terbayang olehku tetapi melihat lagi keadaan yang seperti ini cukup lelah.

Pada tanggal 10 Mei pemerintah memutuskan untuk vaksin wajib seluruh rakyat Indonesia dikarenakan sudah teruji juga ini bisa menjadi pencegahan agar terhindar dari virus corona


 semua warga diwajibkan tidak ada yang boleh menolak, dan pada bulan selanjutnya kini kasus pasien terhitung menurun banyaknya yang sembuh dan tidak ada warga yang positif corona lagi membuat pemerintah senang akan kabar ini.

Logikanya yang vaksin aja masih bisa terpapar apalagi yang enggak vaksin.

Pada tanggal 16 Agustus dinyatakan bahwa Indonesia terbebas dari virus corona kabar yang sangat bahagia tentunya akhirnya untuk beberapa lama kita bisa merasakan hidup baru tanpa kekhawatiran terhadap penyakit menular ini sangat menyenangkan jika Indonesia sudah merdeka dari penjajah berupa penyakit virus corona ini pemerintah mengumumkan sebuah informasi bahwa pada tanggal 17 Agustus seluruh masyarakat mengadakan upacara bendera bersama di sekolah dan di tempat kerja masing-masing

Inilah hari yang ditunggu tunggu saat di sekolah pada pagi hari semua siswa datang memakai seragam berpakaian lengkap tak lupa memakai masker iya karena setelah upacara bendera dilaksanakan kita semua kompak melemparkan masker ke udara menandakan kini kita sudah bisa melepaskan segala penderitaan dan segala masalah sebelumnya bahwasanya negara kita Indonesia sudah terbesar dari virus corona.


 Kala datanya yang tiba-tiba

Singgah lalu merenggut nyawa

Bagai ancaman yang mengerikan

Hidup sudah tak seperti biasa Mengharukan kita berdiam diri di rumah Agar terjatuh dari bencana

Apa ini yang dinamakan kehidupan? Menghirup udara segar yang menjadi kebiasaan Terhalang oleh sehelai kain katun berwarna Berbicara empat mata berlangsung dalam layar Sudahi kebiasaan baru ini

Mari taati protokol kesehatan

Untuk menuju Indonesia merdeka

By: Nabiilah Alfi Khairunnisa’


Comments

Popular posts from this blog

JADWAL DAN BAGAN PERTANDINGAN 3X3 COMPETITION

17AN DOELANAN

INIVTASI BASKET SMADA & DOEA 3X3 BASKETBALL COMPETITION 2019