CERPEN KARYA DIYANATUL IZZAH (XII BAHASA)

 KAMU PASTI BISA!

Hari itu hari dimana semua orang bingung dengan bagaimana ia menghadapi hidup selanjutnya. Tetapi ada satu orang yang santai tak memikirkannya, yah kenalin dia bernama Sinta. Hanya satu nama, ia tak memiliki nama lengkap, sinta itu saja. Sinta adalah anak biasa yang tak terlalu memikirkan persiapan, ia memiliki prinsip "Jalani Saja!" Ia tidak suka membuat checklist, karena katanya itu membuat hidup akan terkekang.

Pada hari cerah di hari Sabtu, ia bertemu dengan sahabatnya, sahabat yang memiliki kepribadian sangat berbeda dengan ia. Entah kenapa mereka bisa bersatu, persahabatan yang tak biasa. Sahabatnya bernama Aurel, ia adalah anak rajin yang harus butuh banget persiapan, tanpa persiapan dia ngga akan bergerak, "Hidup itu perlu di siapkan" begitu mottonya. Sinta bertemu dengan Aurel bukan tanpa alasan, ia bertemu untuk tukar pendapat. Ya! Tentang kelulusan setelah masa 12 SMA. 

Saat itu Sinta mengawali dengan santai, sambil menggerakkan sedotan minuman, "Gimana sekolahmu?" Yah, mereka satu sekolah, tetapi beda kelas. Aurel menjawab dengan wajah khawatir, "Aku tidak begitu yakin nilaiku maksimal, persiapanku sangat kurang." Aurel memperlihatkan wajah sedih yang sama sekali tak pernah tampak di hari - hari sebelumnya. Sinta menjawab dengan nada agak bercanda, "Santai, mungkin kamu butuh liburan. Coba kamu lihat ke atas." Di cafe yang tak beratap, Aurel mengikuti perintah Sinta. Ia menoleh ke atas, dan ia dapati awan yang indah. "Indahnya" ucap Aurel dengan wajah yang agak lega.

Di tengah Aurel menatap ke atas, Sinta langsung menyauti, "Indah bukan? Itulah kehidupan, jangan sampai hidup terlalu di kekang, lihatlah awan ia berjalan bebas di langit yang luas." Mendengar pernyataan itu, Aurel tidak langsung melepaskan kepalanya, ia masih menatap awan Indah yang sedang berjalan pelan menuju utara, hingga beberapa detik kemudian ia menghela nafas dan menatap wajah Sinta, "Yah kamu benar, hidup itu jangan terlalu di kekang, tetapi juga jangan terlalu dibiarkan, ada saatnya kamu harus mempersiapkan agar nantinya hidupmu tak berantakan." Yah, topik yang sudah berkali - kali di bahas, bagaimana tidak topik ini adalah topik yang pasti dibicarakan kedua sahabat ini.

Saat itu, tiba - tiba ada seorang laki - laki datang dari barat. Ia nampak melangkahkan kaki menuju dua sahabat ini. Penampilannya tak biasa, ia memakai baju taqwa dan sarung khas desa. Saat sampai, ia langsung menampar meja tempat Sinta dan Aurel singgah, sambil ngos - ngossan dan berkata, "Ibu tiada" Sinta yang saat itu sedang minum langsung mengeluarkannya, ternyata laki - laki itu adalah kakak Sinta yang pintar dan rajin, sangat berbeda dengan kepribadian adiknya. Mendenger itu juga reflek Aurel berkata, "Innalillahi wainallalillahi raji'un" Tanpa berfikir panjang, Sinta langsung bergegas untuk balik ke rumah, di susul dengan Aurel dan adiknya.

 

Sesampai di rumah, ia melihat ibunya yang tengah berbaring tak berdaya, dengan di kelilingi tetangga dan saudara yang pastinya mematuhi protokol kesehatan. Yah! Saat itu masih ada corona. Sinta langsung menangis dan tak bisa menahan, ia langsung memeluk ibunya dan berkata, "Ibu mengapa secepat ini? Ibu janji kan akan melihat aku sukses?" Mendengar kata - kata itu, semua orang menunduk dan ikut merasakan bagaimana kesedihannya. Sungguh ini adalah duka yang tak biasa! 

Setelah selesai proses pemakaman ibu Sinta, Aurel di sampingnya dan berusaha menguatkannya, "Sabar ya Sin, Allah lebih sayang ibumu" Sinta membalas, "Ia telah berjanji akan melihatku sukses nanti" Mendengar hal itu, Aurel juga ikut merenung dan tak bisa membalas apa - apa, takut nanti ia menambah duka. Setelah beberapa hari kematian ibunya, akhirnya ia memutuskan untuk mengubah prinsip hidupnya, ia belajar dan terus belajar, karena ia ingin membuktikan kesuksesannya pada ibunya meski telah tiada. Sinta yang dulunya santai dan jalani aja, sekarang menjadi serius dan persiapkan. Setelah kejadian itu, ia membenarkan semua kata - kata Aurel, sahabat Sinta.

Setelah itu, dia belajar mengenai tentang perjuangan para kemerdekaan dahulu, yah idolanya adalah bung Karno. Sunggug aneh, Sinta yang bahkan sama sekali tak membuka buku, justru sekarang ia mengidolakan bung Karno. Setelah beberapa kisah yang luar biasa, akhirnya ia menyadari bahwa apapun kondisinya dan apapun keadaanya semua itu butuh persiapan, dan semua butuh belajar. Jangan sampai hidup kita suram, hanya karena meremehkan.

Comments

Popular posts from this blog

JADWAL DAN BAGAN PERTANDINGAN 3X3 COMPETITION

17AN DOELANAN

INIVTASI BASKET SMADA & DOEA 3X3 BASKETBALL COMPETITION 2019