CERPEN KARYA LAILATUL FITRIYA (XII IPS 2)
Merdeka dalam keterpurukan
Hari demi hari sudah berlalu, Amora anak yang sangat manjamau tidak mau harus mandiri untuk satu tahun kedepan. Karenaibu dan ayahnya harus pergi ke luar kota untuk bekerja. Amoragadis yang lembut dengan rambut pirang yang disemir, dan matacoklat, pipi yang tembam dan tinggi yang tidak terlalu menjulang.Amora sekolah di SMAN 5 Bandung. SMA yang favorit danbanyak lulusan yang sukses dari SMA itu. Tidak heran kalauAmora bersekolah disana, karena dia anak yang lumayan cerdas.
"Hm sangat membosankan jika harus begini terus". Itu kalimatpertama yang diucapkan Amora saat belajar daring dirumah.
"Mengapa non Amora bicara seperti itu?". Ucap bibi yang sedangmasuk ke kamarnya untuk mengantar sarapan.
"Ya bagaimana aku tidak bicara seperti ini bi, ini sangatmembosankan bi. Rara capek kalau semua harus dikerjakan darirumah, Rara mau kondisi cepat membaik bi". Keluh Rara yang kesekian kalinya.
"Non harus sabar". Ucap bibi sambil berjalan menuju dapur.
Amora menyeletuk pelan. "Sabar apalagi coba, tau ah bibi bisanyangomong sabar doang".
Setelah mengomel dengan dirinya sendiri Amora memutuskanuntuk memakan terlebih dahulu sarapan yang dibuatkan oleh bibitadi.
Di koridor rumah sakit Rara sekarang berada,tepatnya di RS.Bandung Santoso. Keadaan rumah sakit yang nyaris sepi, hanya ada beberapa orang itupun pak kebun, dan paradokter/perawat yang mondar mandir keluar masuk dari kamarpasien. Amora berjalan menyusuri koridor, terlintas pikiran yang membingungkan pada diri amora (Amora ingin sekali hilang daridunia dan tidak ada siapapun yang tau dia pergi kemana) entahlahpikiran apa itu. Yang jelas Amora juga bingung.
Sesampainya di ruang inap budenya, Amora langsungmemberikan makanan yang tadi dibawa.
"Bude ayo makan, Mora suapin ya."
"Iya mora, kenapa kamu baru kesini."
"Ya bude tau sendiri lah, kakak udah ada dirumah, ya mora makinribet kalau mau keluar."
"Oh iya bude lupa, yaudah mor kamu tetep belajar ya meskipunkeadaan kamu sedang sulit."
"Iya bude, sudah biasa mora lakukan kok."
"Pinter keponakan bude."
Setelah pulang dari rumah sakit Amora muntah muntah.Mungkin Amora kecapean harus belajar terus menerus, ditambahharus mengurus budenya yang sakit. Di keadaan terpuruk pun Amora tetap mengusahakan untuk tersenyum kepada semuanya. Tidak gampang bagi seorang Amora jika harus melewati ujianhidup ini sendirian. Papa dan mama Amora sedang bertengkar, ditambah kakaknya yang pulang alasannya ia pulang karenabanyak hutang (kebanyakan foya foya).
"Cape banget hidup seperti ini, kakak bikin masalah, papa mama katanya mau cerai, bude sakit."
"Kuatkanlah hambamu ini ya Allah."
"Pandemi seperti ini Mora harus tetap semangat, tidak bolehlengah. Yang ada nanti virusnya nyerang Mora. Jadi semakinkacau nantinya." Ucap Amora kepada dirinya sendiri.
Meski Amora anak yang manja, dia bukanlah tipe anak yang mudah menyerah.Selama hari harinya yang sulit Amora lewatisendiri. Eh tapi tidak Amora dapat kejutan, yaitu semangat yang diberikan oleh keluarga terdekatnya. Siapa dia? kakaknya sendiri, kakaknya Amora sadar perbuatan yang telah dilakukan itu sudahmenyusahkan banyak orang. Dia sekarang jadi anak yang rajin, dan terus menyemangati Amora agar bangkit dariketerpurukannya. Amora sangat bersyukur bisa mempunyaisaudara seperti kakaknya itu. Ternyata dia juga bisa di andalkan.Setelah sibuk dengan kegiatannya Amora belajar karena besoksudah masuk sekolah (ya meskipun daring) kata guru Amorasemua tetap mengikuti zoom dari rumah. Dan kabar baik jugaAmora terima, papa dan mama nya akan pulang minggu ini.
"Kak, Amora besok ada zoom bangunin ya jam 4. Buat solatsubuh."
"Iya adek kakak tersayang, jangan khawatir cantik pasti kakakbangunin."
"Amora makin sayang deh sama kakak." (Amora bangkit darikasurnya dan langsung memeluk Kakaknya itu.)
"Maafin kakak ya dek, mulai sekarang kakak akan selalu ada buatadek."
"Iya kak Mora maafin."
Ternyata tidak semua masalah itu berlarut larut adanya. Ada kabar baik lagi untuk Amora dan kakaknya. Mama dan papanyabesok pulang dari luar kota. Mereka sudah tidak bertengkar lagi, mereka sadar bahwa anak mereka sudah besar. Kasihan nantikalau mereka bercerai siapa yang mengurus kedua anaknya itu.
"Alhamdulillah ya Allah engkau telah mengabulkan semua do'ado'a ku."
"Aku sangat bersyukur dengan keadaanku yang semakin membaikya Allah."
Pagi ini Amora mengikuti zoom, Amora membuat sedikit artikelyang telah ditugaskan oleh gurunya kemarin. Senang sekali bisatetap belajar meski dari rumah. Amora membacakan artikelnya.
Hari demi hari sudah kita lalui, begitupun dengan kemerdekaanIndonesia, tidak harus diperingati dengan upacara yang setiaptahun diadakan di seluruh wilayah Indonesia. Merdeka tidakhanya tentang kemenangan kita melawan penjajah, tetapi dengankita tetap menuntut ilmu dari rumah (daring) itu juga termasukMerdeka. Semuanya serba di batasi. Mau kemanapun tidak boleh, harus tetap stay di rumah. Terkadang bosan melanda jiwa, yang bisa dilakukan hanyalah meratapi dunia yang semakin harisemakin parah musibahnya. Kita sebagai makhluk hidupciptaanNya harus berjuang melawan dunia.
Amora dapat nilai seratus dari gurunya. Semakin senang iabelajar. Semakin banyak juga ilmu yang ia dapat. Amora percayasetelah kesulitan pasti ada kemudahan.
Comments
Post a Comment