CERPEN KARYA NADIA AZIZAH (XII MIPA 3)

 Ini Kisahku

 

Ttiiiinnnn tiiiinnn…… brmmmm brmmm brmmm

Suara itu yang selalu menghiasi gerbang sekolah saat tiba waktu pulang. Tepat pukul 12.00 semua siswa antusias menyambut kepulangannya menuju rumah.

“duluan ya Fris” sapa seorang siswi yang sedang mengendarai sepedanya.

“iyaa hati-hati” timpal gadis sederhana yang membawa totebag ditangannya.

Ya, benar dia Friskia gadis periang yang memiliki mata coklat, rambut hitam lebat dan pipi chubby yang menggemaskan. Hanya berselang 5menit ia sampai dirumah. Segera gadis kecil itu merapikan tas dan seragamnya. Seperti hari-hari sebelumnya Friskia terbaring dikasur dan tak lupa ditemani televise yang setia menemaninya.

“terdapat 2 warga Indonesia yang dinyatakan positif covid-19, setelah berinteraksi turis asal Jepang.” Suara yang terdengar sangat jelas ditelinga Friskia, dengan mata bulatnya yang tertuju pada tv itu membuatnya tak percaya. “APAA!? Indonesia sudah terpapar covid?” kalimat itu yang terus mengelilingi isi kepalanya.

Kkrriiingggg kriiinggg

“hoammm.” Gadis itu menguap dengan sangat keras karena terbangun dari tidurnya yang pulas. Entah apa yang dilakukan semalam hingga ia terlihat kelelahan. Dengan setengah nyawa yang masih terkumpul Friskia menuju toilet dan menyambar handuk dibahunya. 15 menit ia habiskan waktunya hanya untuk bersiap-siap menuju sekolah. Kini ia menuruni tangga dan menuju meja makan untuk sarapan, ia tak pernah sarapan sendiri selalu ada ayah, bunda, dan kakaknya yang menemani saat sarapan.

“apa yang kamu lakukan?” Tanya gadis remaja yang penuh keheranan.

“sarapan. Emang apa lagi”

“tidak. Maksud kakak mengapa kau mengenakan seragam?”

“ya, setelah sarapan ini aku akan berangkat sekolah.” “mengapa kakak tidak memakai seragammu?”

“heii kamu ini bicara apa. Pemerintah memutuskan untuk melakukan semua kegiatan dilakukan dirumah. Jadi sekolah kakak melakukan pembelajaran daring kayak homeschooling gitu hahaha.”

“maksud kakak?” “mengapa pemerintah membuat keputusan sepertiitu?”

“mungkin ini antisipasi untuk mencegah penyebaran covid-19”

“kan masih 2 orang yang positif”

“kata siapa ngarang kamu. Udah ada 10 orang yang positif” “sekolahmu tidakmelakukan pembelajaran dirumah?. Ayah aja daring juga dirumah masak kamu yang masih SMP tetap masuk sekolah?.” Segera Friskia membuka handphonenya untuk memastikan apa ada pemberitahuan dari sekolahnya. Dan benar saja sekolahnya melakukan pembelajaran dari rumah. Tak berpikir panjang ia kembali meyantap makanan yang ada didepannya. Seharian ia dikamar tidak ada yang dilakukan selain menonton tv dan bermain hpnya. Seminggu dua minggu ia masih nyaman berada dirumah namun, kini sudah 2 bulan ia hanya berdiam diri dirumah, gadis kecil itu mulai merasakan bosan. “kak kira-kira sampai kapan ya sekolah online seperti ini?”

“entahlah status covid kian hari makin meningkat. Berdoa saja semoga ini cepat berakhir.”

Hari menjelma menjadi minngu. Minggu bereingkarnasi menjadi bulan. Sudah 8 bulan lamanya   friskia dan fristya kakaknya tidak melakukan rutinitasnya diluar rumah yaitu mengelilingi kota berteduh di taman sembari memakan eskrim dan mengamati orang yang berlalu lalang ditengah keramaian, atau hanya sekedar mengunjungi cafe baru. Mereka biasa melakukannya diakhir pekan. Friskia yang tak lupa selalu membawa buku hariannya dan fristya dia seorang fotografer yang tak pernah meninggalkan cameranya. Selalu ada cerita dan hal baru yang mereka temukan saat berdampingan dengan orang lain. Hal itu yang membuat mereka tak nyaman berada dirumah saja karena PSBB. Friskia yang periang sekarang menjadi malas-malasan. Kakaknya yang selalu mempunyai ide-ide baru yang biasa dilakukan diluar rumah sekarang hanya menatap lockscreen. Tak banyak yang mereka lakukan dirumah. Hanya ada satu kebiasaan baru dirumah yaitu berjemur selebihnya hanya daring menatap teman lewat zoom meeting, kemudian membantu bunda membersihkan rumah. Friskia dan Fristya benar-benar tak tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk lebih produktif lagi karena mereka hanya mengira bahwa covid ini menjadi penghalang yang terberat dalam hidup mereka untuk mencapai impian.

“AAHHHH!! Sumpah demi apapun kaakkk aku bosaannnn” gerutu Friskia yang geram hanya dirumah saja.

“diam kamu!! Kakak juga bosan ga kamu aja” sahut kakaknya yang menderita sama seperti adiknya.

“kakk gimana dong… tolongin aku. Aku ga bisa jadi penulis hebat kalo kayak gini terus. Aku ga bisa baca novel Tereliye lanjutan dari Nebula. Huwaaaaa sedih banget kaakk” rintihan si bungsu yang sudah pasrah.

“ya udah browsing aja di internet sapa tau ada”

“ya mana ada kak kanmasih coming soon hahaha”

“dasar bocil mau ngajak rebut nih anak”

“yeeee gitu doing marah” “ eh tapi kaakkk” Friskia kembali merintih seolah beban hidupnya yang paling berat.

“apa lagi sih ngerengek terus” Fristya mulai kesal dengan ulah adiknya

“aku udah lama tidak menghirup udara yang terkontaminasi oleh cilok kesayanganku pak Triss!!” “rasanya aku ingin mengunjungi rumahnya buat ngehirup langsung diatas pancinya” “sedih banget kan kak yakan yakann”

“kenapa kamu ga langsung masuk aja ke dalam pancinya biar enak”

“kalo kakak tau nih… behhh ciloknya pak Tris itu enak banget pol-polan enaknya ga ada duanya” “huwaaa kangen pak Triss huhu”

“ih sembarangan mau jadi pelakor kamu”

“haaa.. ga ga. Ga gitu konsepnya ciloknya maksudku. Ralat huwaaa kangen cilok pak Tris

“emang enak banget ya ciloknya? Jadi pengen nyoba beli yuk ada ga ya di F.O”

“F.O? ya ga ada pak Tris Cuma jualan di kantin sekolahku ga ada di warung F.O”

“hii sok tau. Kamu aja ga tau F.O itu apa” “pak Tris juga jual di F.O kok, ini kan orangnya?” sambil menunukkan gambar dari hp Fristya.

“eh iya bener itu pak Tris kok kakak punya fotonya sih jangan-jangan kakak ngefans ya sama pak Tris”

“mulai absurd nih anak. Ya ga lah masak kakak ngefans sama pak Tris ga mungkin, ya kalo kamu fansnya sama pak Bondi haha” Fristya senang sampai terbahak-bahak menjahili adiknya karena mengejek Friskia yang mengidolakan satpam depan komplek namanya Bondi.

“ih kakak ga lah seleraku kan oppa kang dj Hyungwoon, masak disamain sma pak Bondi sih.ih sembarangan”

“sama aja tau Hyungwoon pinter muter-muterin volume dj remix pak Bondi juga suka muter-muerin volume dangdut remix hahahaha” tawanya makin bergairah ketika melihat adiknya sangat kesal

“ga usah ketawa ga lucu ihh”

“ya udah kamu mau beli cilok ga? Kalo gamau ya gapapa kakak aja yang beli”

“mauuu..tapikan ga boleh keluar”

“kan kurir yang anter”

“haa?”

“kamu ini kurang update banget. Kakak belinya di F.O, F.O itu food online jadi aplikasi ini untuk orang jual makanan atau cemilan kayak gini tapi secara online. Ntar di antar kerumah sama kurir kalo udah datang tinggal bayar deh gampangkan”

“ohh gitu.. enak ya sekarang ga perlu ribet-ribet keluar rumah buat beli cilok”

“ga cilok aja sih ada banyak warung-warung yang buka lapak disini. Contohnya nih ada burger king, chat time juga ada banyak banget tinggal milih. Emang sekarang srba online jadi mereka harus berinovasi supaya usahanya tetep jalan ga bangkrut”

“iya ya bener banget, tapi kak itukan makanan jadi usahanya bisa tetep jalan semua orang butuh makanan nah kalo penerbit buku udah ga terlalu berjalan lagi kaya pabrik percetakan yang ada didepan rumah kak Dito itu tutup terus karena ga ada buku yang mau dicetak. Apa namanya pabrik jendela Dunia ya kak?”

“iya Jendela Dunia. Kasihan si Dito dia itu kayak kamu suka banget literasi setiap minggu dia kirim artikel, puisi kadang cerpen juga dikirim ke Jendela Dunia buat diterbitin di majalah” “tapi sekarangudah ga pernah dia sempat cerita ke kakak, kasihan banget teman kakak yang satu itu”

“terus sekarang gimana kak?kak  Dito udah ga pernah buat cerpen lagi?”

“tetep bikin tapi dia masih cari tempat percetakan, eh tapi itu udah 3 bulan yang lalu sih ga tau sekarang udah dapet apa belum” “udah fix ini ya ciloknya apa mau nambah?”

“udah deh kak cukup”

“nambah aja deh biar makan bareng sama bunda”

“selamat pagi semuaa…hoaamm” terdengar suara serak yang sedang menuruni tangga, tentu saja Friskia

“pagi dari mana udah setengah siang jam 11 tau ga” protes kakak yang terima adiknya bangun siang namun mengatakan masih pagi, sedangkan ia bangun paling awal untuk membantu keberangkatan ayah.

“ya bagiku ini pagi kak…pagi bunda” sapa si bungsu kepada bunda disusul dengan dekapan yang terlihat begitu menenangkan. “ayah…. peluk friskia dong, loh mana ayah? Kok ayah ga ada kak?”

“ya emang ayah udah berangkat pagi-pagi tadi. Makanya baru bangun itu cuci muka dulu”

“berangkat? Kok aku ga tau kak. Ayah kok ga bilang?”

“kata siapa. Ayah udah bangunin kamu subuh-subuh tadi kamu malah bilang ‘aku ga solat aku ga solat’ padahal ayah mau pamit ke kamu. Salah sendiri gam au bangun”

“ya mana aku tau. Bunda kenapa ayah udah ke kantor lagi? Berarti kita bentar lagi juga mau sekolah offline ya? Yeayy akhirnya”

“engga sayang ayah lagi ada rapat di Jakarta jadi ayah harus kesana kalo kamu masih tetap daring dirumah sama kayak kak Fristya” jelas bunda sambil menyiapkan makanan untuk gadis bungsunya.

“kok ayah boleh ke Jakarta bun?kan PSBB”

“kan ini kepentingan darurat ayah juga udah tes SWAB dan Alhamdulillah hasilnya negatif  jadi ayah boleh ke Jakarta” “doakan ayah berangkat dan pulang dengan selamat, dan tidak membawa covid pulang…aamiin”

“aamiiinn” serentak kakak beradik turut mendoakan

“kak udah lima hari kapan ayah pulang?”

“hari ini ayah pulang tapi ga tau kapan datang, coba tanya bunda.”  Friskia keluar menuju kamar bunda. Selama ini Friskia selalu berada di kamar kakaknya. Entah ada apa dengan kamarnya hingga ia hanya tidur malam saja di kamar. Friskia sangat menyukai hasil foto kakaknya, karena itu ia selalu melihat album foto atau foto-foto yang ada di computer kakaknya. Ia merasa setiap gambar yang diambil oleh kakaknya memiliki makna yang tersendiri dan membuat nya merasakan bisikan yang menggetarkan imajinasinya.

“bunda…ayah kapan datang?”

“ayahmu pulang dua minggu lagi sayang”

“apaaa lama banget bundaaa”

“iya ayah masih ada urusan yang penting sayang” nada bunda seperti orang yang pasrah dan menenangkan dengan wajah yang anggun senyum lepas dan tatapan lembut dari kejauhan. Friskia meyadari sesuatu ketika sudah berada di kamar kakaknya

“kak kata bunda ayah pulang dua minggu lagi”

“loh kok bisa?”

“iya ada urusan penting kata bunda”

“oohh mungkin ada rapat atau masih urusin yang lain”

“bunda tadi agak beda kak” seketika Fristya menoleh dan memandang Friskia lamat-lamat menunggu kelanjutan arah pembicaraannya

“bunda waktu bilang tadi nadanya ga kayak biasanya, bunda ngeliataku sambil senyum lebar cantik banget bundakak” sambungan kalimat yang dinantikan Fristya

“ya memang bunda cantik dekkk” timpal kakaknya yang merasa lega karena taka da yang perlu dikhawatirkan

“ga gitu kak bunda nadanya kayak pasrah banget, ga biasanya bunda bicara nada kayak gitu”

“mungkin bunda khawatirin ayah.kan ayah lama banget disana takut ga ada yang nyiapin obat sama vitaminnya ayah”

“hmmm mungkin juga sih bisa jadi” hanya dalam hitungan detik Friskia sudah tertidur di ranjang berwarna kuning pastel dan nude milik kakaknya. Memikirkan apayang diucapkan adiknya Fristya memutuskan untuk menemui bunda di kamar utama.

“duo Friss ayo cepat turun bundaudah siapin makan malam” panggilan terfavorit bunda jika memanggil kedua putri kesayangannya

“iya bunda”ompak duo Fris

“bunda setelah makan ini  kita video call ayah ya Friskia kangen banget sama ayah”

“iya”. Usai makan malam sederhana di meja makan kini Friskia,Fristya dan bunda pindah ke ruang tengah mengobrol bersama sembari menunggu jawaban video call dari ayah.

“Assalamu alaikum ayahhhh” kompak semua memberi salam dan melambaikan tangan untuk ayah

“Waalaikum salam kalian kompak banget ayah sampe kaget”

“ayah gimana disana?” Fristya langsung memberika pertanyaan untuk ayah karena takut keduluan Friskia karena nanti taka da kesempatan untuknya berbicara kepada ayah

“Alhamdulillah ayah baik-baik aja”

“ayah…kenapa ga bilang Friskia kalo ayah mau ke Jakarta. Harusnya ayah bilang Friskia malamnya biar Friskia subuhnya bangun” benar dugaan Fristya jika si bungsu kesayangan ayah sudah mulai bicara maka taka da tabir yang bisa menghentikannya.

Sepuluh hari sudah berlalu, kurang empat hari lagi Friskia bertemu dengan ayahnya. Ia tak sabar ingin memberikan hasil lukisan yang ia buat dari tugas sekolah.

Pagi ini 11 September 2020.aku bangun pagi untuk pertamakalinya setelah  delapan bulan terakhir. Entah ada apa dengan malamku ini rasanya begitu menyiksa. Aku merasa begitu tidak nyaman. Aku merasa cemas dan gelisah akan suatu hal yang besar namun, aku tak tahu apa yang terjadi ini. Aku terus memikirkan ayah. Ketika aku cemas aku akan datang ke kamar bunda dan ayah, lalu aku tidur diantara mereka. Seketika ayah akan memelukku dan mencium keningku. Hari ini aku tak melakukannya karena ayah berada di Jakarta. Aku hanya membuka pintu kamar bunda dan melihatnya sangat terlelapdalam tidur, akupun kembali dan menghampiri kak Fristya. Kakakku ia selalu terjaga saat malam.”aku ingin tidur denganmu malam ini”. “ya tidurlah ini sudah malam”. Sudah larut tengah malam ia masih takberanjak dari kursi belajarnya. Hingga akhirnya aku meminta untuk memelukku sebentar agar aku bisa sedikit tenang. Kak Fristya tak banyak bicara ia langsung memelukku, ia memelukku seolah ia tau betul apa yang aku rasakan sekarang. Akupun terlelap tidur dalam pelukannya. Namun aku terbangun sekitar pukul 03.20 dini hari.aku mendengar isaktangisan yang begitu jelas. Kakakku menangis dengan sangat dalam. Takpernah aku melihatnya seperti itu. Ini kali pertama aku melihatnya sangat jatuh. “kakak menangis?”. Tangisannya terhenti ketika mendengar suaraku,segera ia menyeka air matanya kemudian berkata “tidak.kembalilah tidur!”. Aku tak berani bertanya mengapa dan tak berani melanggar ucapannya. Padahal terlihat dengan jelas ia menangis tapi menahan dengan sekuat tenaga menatapku untuk menunjukkan bahwa ia tak apa.

Sepenggal cerita yang Fristkia tulis dalam buku hariannya. Setelah ia selesai menulisnya ia sengaja keluaruntuk menghirup udara pagi di balkon kamar kakaknya. Ia menatap sinar matahari dan burung-burung yang berterbangan. “Friskia semangat kamu anak hebat”. Teriakan seseorang memecahkan pandangan Friskia, segera ia menoleh untuk mencari tau dari mana datangnya suara itu. Ia mendapati semua orang menatapnya dan memberikan ucapan semangat dengan senyum haru di balkon masing-masing. Friskia hanya tersenyum padasemua orang dan kembali masuk ke dalam. Rumah benar-benar terasa sepi.

“tumben ya sepi? Jam segini biasanya kak Fristya olahraga sambil nyalain musik” “bundaaa…kakak… kalian dimana?”

“apa Friskia kita di mushallah..sini” Friskia langsung menghampiri suara kakaknya

“bunda sama kakak habis nangis? Kenapa?” “oh iya bun… bunda tau ga tadi Friskia ke balkon terus tetangga-tetangga pada ngeliatin Friskia sama ngucapin semangat buat Friskia. Padahal Friskia belum mau UN”

“bunda tadi denger orang-orang pada ngucapin semangat buat Friskia. Bener kata orang-orang Friskia anak yang hebat anak yang kuat. Memang kamu belum mau UN tapiorang-orang ngasih semangat itu untuk Friskia agarmenjadi anak yang baik, semangat dan tabah menerima takdir dari Allah.” “bentar lagi ayah pulang bersama orang-orang yang baik sayang”

“maksud bunda apa? Bunda kenapa kakak nangis?kakak ga pernah nangis kakak kamu kenapa?”

“Friskia kakak tau kamu anak yang baik. Kamu juga anak kesayangan ayah, makamya kamu semalam ga bisa tidur karena kamu. Kamu udah punya firasat ke ayah”

“firasat apa kak? Aku ga tau”

“ayah” Fristya tak kuasa menahan air matanya dan mengatur nafas untuk melanjutkan kalimatnya “ayah meninggal” dengan berat ia mengatakan itu kepada adiknya. Friskia hanya menatap wajah kakaknya yang sembab dan penuh keseriusan saat mengatakannya. Bruuukkk…. Friskia pingsan tepat dihadapan bunda dan Fristya. Segera Friskia dibawa ke kamar utama. Suasana makin runyam, kamar dipenuhi tangisan duka atas kepergian ayah dan kekhawatiran akan kondisi Friskia. Friskia mulai kejang-kejang asmanya kambuh badannya mulai membiru dengan sigap bunda mengambil Nebulizer dan Oxigen persediaan di rumah khusus untuk Friskia segera dipasangkan. Inilah yang ditakutkan bunda dan Fristya sedari awal. Friskia memiliki penyakit asma ketika ia kecapekan atau stress badannya akan membiru dan kejang-kejang. Bunda dan Fristya benar-benar menjaga rahasia mengenai ayah yang terpapar covid-19. Hampir 2 jam Friskia tak sadarkan diri, tangisan bunda semakin menjadi-jadi. Tak tega melihat kondisi bunda dan adiknya Fristya menelpon dokter Friskia. Dokter menolak karena ia menjadi salah satu garda depan satgas covid-19 namun, Fristya terus memohon pada dokter agar mau membantunya. “baiklah saya akan berangkat kesana segera”

“iya pak, baik pak terimakasih banyak ya pak” “bundaa dokter Wandi akan segera datang” kali ini nadanya sedikit bersemangat. “Alhamdulillah ya Allah”sahut bunda.

Ding dong..ding dongg

“iya. Dokter Wandi silahkan masuk Friskia ada didalam kamar”

“bagus kalian memberika pertolongan pertamanya dengan sangat cepat, jika telat memberikan Nebulizernya maka akan sangat fatal akibatnya. Ini saya bawakan obat dan oxygen. Oxygen hanya dihirup ketika kambuh. Ini daftar makanan yang harus dihidari untuk sementara waktu” “saya pamit sekarang ya saya tidak bisa lama-lama”

“baik dok terimakasih banyak ya dok. Terimakasih atas waktunya dok semoga dokter sehat selalu”

“aamiin terimakasih saya pamit ya bu”. Satu jam setelah kepulangan dokter Friskiapun sadarkandiri ia meminta makan. Hari demi hari kesehatan friskia mulau membaik meskipun friskia merasa sangat terpukul namun ia sadar bahwa ada yang lebih terpukul lagi daripada dirinya. Malam itu tujuh hari setelah kepergian ayah, Fristya turun ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan karna ia merasa lapar. Setelah ia mengambil cemilan ia melihat bunda beradadi mushallah dengan tangan mengadah ke atas dan menangis dengan begitu dalam. Bunda hanya meminta satu doa kepada Tuhan yaitu mampukan ia untuk menghidupi putri-putrinya. Friskia yang mendengar permohonan bunda langsung menangis kembali ke atas dan menceritakan kepada kakaknya. Fristya pun takbisa mengontrol air matanya lagi ia ikut menangis mendengar cerita dari adiknya. Mereka berdua aling berjanji akan menjadi anak yang berb akti pada bunda dan akanmembantu bunda mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari. Keesokan harinya entah bagaimana Fristya membuat laman blog milik kakaknya yang membuatnya menjadi viral. Ia menceritakan kehidupannya dan nasib yang dialami bundanya. Kakaknya tak percaya dengan kejadian yang dialami adiknya karena cerita yang ia bagikan hanya untuk mengekspresikan dirinya ternyata menghasilkan uang. Dan uang yang dihasilkan dikit demi sedikit bisa membantu perekonomian keluarga. Semenjak itu mereka berhasil menepati janji mereka. Sekarang mereka bisa bangkit lagi dari keterpurukan. Mimpi-mimpi mereka sekarang mulai terwujud. Friskia mulai membuat karya tulis lagi dan kakaknya yang membuat desain bukunya, buku mereka terbit secara online dalam sebuah aplikasi digital. Meski tak ada ayah yang mendampinginya mereka berhasil menjadi seorang wanita walau masih belia. Dengan bangga bunda memelukmereka sambil menangis bahagia.

“dan ternyata hanya Tuhan yang bisa membuat naskah yang paling indah. Kita mana tau ya kak dengan keterpurukan seperti ini malah membuat kita lebih bangkit”

“iya ini juga untuk bunda kalo bukan karena bunda mungkin ga kita ga akan seperti ini”

“terimakasih ya bunda” mereka kompak memeluk dan mencium bunda.


Comments

Popular posts from this blog

JADWAL DAN BAGAN PERTANDINGAN 3X3 COMPETITION

17AN DOELANAN

INIVTASI BASKET SMADA & DOEA 3X3 BASKETBALL COMPETITION 2019